Menjadi Orang Kaya, Atau Menjadi Orang Yang Gemar Berinfak (Maal)?
Kaya. Sebuah kata yang sudah tidak absurd lagi di indera pendengaran kita. Sebuah kata yang mungkin berada di salah satu daftar keinginan kita. Siapa sih yang tidak ingin menjadi orang kaya? Dalam benak hati kita, niscaya ada kan niat untuk menjadi orang kaya? Ayoo ngaku… J hehe.
Tulisan ini saya buat terimajinasi dari nasehat seorang dosen di aktivitas studi saya, Ekonomi Syariah. Bukan untuk mendominasi salah satu bidang, tapi tujuan saya di sini yaitu untuk meluruskan niat. Niat apa sih yang dimaksud? Naah yang akan saya luruskan di sini yaitu “niat untuk menjadi orang kaya”.
Sebagai fitrahnya seorang manusia, niscaya keinginan menjadi seorang yang kaya itu sudah biasa. Tapi, pernahkah kalian sadari, ketika kita menjadi orang kaya, apakah kekayaan tersebut dinikmati juga oleh orang-orang di sekitar kita? Pernahkah kalian sadari, ketika kita menjadi orang kaya, apakah aspek alam abadi akan kita dapati? Atau hanya aspek duniawi semata? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Mungkin dikala ini kita sanggup berkata bahwa kita akan mengupayakan untuk mengejar aspek alam abadi jikalau sudah kaya nanti, tapi ketika kita sudah mencicipi banyaknya harta nanti, aneka macam godaan niscaya akan senantiasa hadir lebih berpengaruh dari yang kita bayangkan.
Jika keinginan menjadi orang kaya telah terdaftar di salah satu list keinginan kita, berdasarkan saya sebaiknya teman-teman ubah kalimat tersebut dengan yang lebih baik. Memang kalimat yang lebih baik dari itu ibarat apa? Teman-teman pernah mendengar kata “zakat”? Zakat merupakan salah satu rukun Islam sehabis syahadat dan shalat. Zakat berarti mengeluarkan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada orang tertentu dengan ketentuan tertentu pula. Zakat terbagi menjadi beberapa macam, tapi yang akan saya kaitkan di sini yaitu mengenai zakat maal (zakat atas harta).
Mengapa saya membahas zakat maal? Makara begini teman-teman, ibarat yang kita ketahui sebelumnya, zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Zakat maal di sini berarti zakat yang dikeluarkan atas harta-harta yang dimiliki, ibarat emas, perak, hewan ternak, hasil pertanian, barang dagangan, maupun harta karun jikalau telah mencapai nishabnya. Nishab merupakan ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan oleh syar’i (agama) untuk menjadi anutan memilih kewajiban mengeluarkan zakat. Jika saya bahas satu per satu nampaknya akan panjang. Jadi, saya bahas pada dasarnya saja yaa.
Jika kita bederma (maal), itu berarti kita telah mempunyai harta yang banyak, bukan? Atau maksud lainnya, berarti kita merupakan orang yang kaya. Right? J Karena, zakat maal itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang mempunyai harta banyak, lebih dari nishabnya. Selain itu, bederma (maal) dampaknya tidak hanya pada aspek duniawi saja, melainkan aspek alam abadi pun akan didapat. Jadi, jikalau kita memimpikan untuk menjadi orang kaya saja belum tentu aspek akhiratnya kita dapat, tetapi jikalau kita memimpikan untuk menjadi orang yang gemar bederma (maal), maka secara otomatis kita merupakan orang yang kaya, dan kita mendapat aspek duniawi+akhirat. So, tunggu apa lagi? Ayoo ganti list impianmu itu kini dan rasakan keberkahannya hehe J Allahu ‘alam. Al ’afw minkum. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Posted by Viny – Eksyar 50

Sumber http://balazdy.blogspot.com/