Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kehancurkan Peradaban Islam Oleh Jengis Khan

Tulisan yang dulu kita membahas wacana asal undangan bangsa mongol maka selanjutnya kita mengkaji satu tokoh pemimpin bangsa mongol yang sangat besar lengan berkuasa terhadap bangsanya serta dengan kekejamannya sanggup menjadikan peradaban islam seolah tak berdaya dan porak - poranda dijadikannya. pribadi saja..
Setelah berhasil memimpin 13 kelompok Mongol dan Timujin yang menerima gelar Jengis Khan, Raja Yang Perkasa, menetapkan suatu undang-undang yang disebut Alyasak atau Alyasah , untuk mengatur kehidupan rakyatnya. Wanita memiliki kewajiban yang sama dengan pria dalam kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok besar dan kecil, seribu, dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan.[1] Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan yang pesat pada bidang militer.
Dengan modal pasukan perang yang telah terorganisasi dengan baik, Jengis Khan berusaha memperluas wilayah kekuasaanya dengan melaksanakan penaklukan terhadap daerah-daerah lain.Serangan pertama diarahkan ke Negara Cina. Ia berhasil menduduki Peking tahun 1215 M.[2] Sasaran selanjutnya ialah negeri-negeri Islam.
Ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang Jengis Khan mengekspansi negeri-negeri Islam, yaitu :
a.       Alasan yang utama invansi mongol ke dunia Islam ialah penaklukan tersebut berdasarkan mereka merupakan takdir yang dibebankan langit kepada dirinya tanpa disertai alasan yang terang .
b.      Masalah ideologi. Orang-orang Mongol termasuk Jenghis Khan ialah penganut anutan Syamaniah yang mempertahankan kepercayaan kuno terhadap kesucian banyak sekali bencana dan benda alam, diantaranya; air, api, hujan dan petir. Sementara umat Islam memakai benda-benda suci tersebut, dalam hal ini air, sebagai mediator dalam ritual ibadah dan Islampun memerangi keyakinan paganism dan animism yang masih dipercayai oleh orang-orang Mongol. Hal ini memotivasi bangsa Mongol untuk memerangi Islam.
c.       Penyerangannya dilatar belakangi harapan untuk membalas dendam.Peristiwa Utrar pada tahu 1218, yaitu ketika gubenur Khawarism membunuh utusan Jenghis Khan yang disertai pula oleh para saudagar Mongol. Jengis Khan mengirim 50 orang saudagar Mongol untuk membeli barag dagangan di Bukhara. Atas perintas amir Bukhara Gayur Khan, mereka ditangkap dan dieksekusi mati. Penangkapan tersebut disebabkan para pedagang Mongol tersebut melaksanakan tindakan bernafsu yang merugikan pedagang setempat.Peristiwa itu menjadikan reaksi yang cukup andal bagi Jenghis Khan, sehingga mengakibatkan Mongol menyerbu wilayah Islam dan sanggup menaklukan Transoxiania yang merupakan wilayah Khawarism tahun 1219-1220.[3]
Jengiz Khan memulai invasi ke Negara Islam di Negara Khawarizm Turkistan yang merupakan pemerintahan independen dari Khilafah Abbasiyah. Pasukan Mongol ketika itu berjumlah 60.000 orang, ditambah sejumlah tentara yang direkrut dari rakyat yang ditaklukkan sepanjang perjalanan. Pasukan Khawarizm tidak sanggup bertahan usang di hadapan pasukan Mongol. Karena tidak memiliki pilihan lain, sultan Khawarirzm ‘Ala al-din melarikan diri ke sebuah pulau di Laut Kaspia, dan di tempat tersebut ia mati frustasi pada tahun 1220.
Jengiz Khan dan pasukannya bergegas melanjutkan serangan ke kota Bukhara kemudian membunuh penduduknya dan memperabukan madrasah-madrasah, masjid-masjid dan rumah-rumah. Tentara Mongol yang menunggangi kuda dan bersenjata busur-busur abnormal menebar malapetaka dan kerusakan kemanapun mereka bergerak. Selanjutnya Jengiz Khan melaksanakan invasi ke Samarkand dan kota-kota lain dengan melaksanakan pembantaian brutal dan menghancurkan populasi di kota-kota tersebut.
Jengiz Khan juga mengutus anak-anaknya yaitu Tulii untuk menaklukkan Khurasan dan Juchi, dan Changhatai untuk menaklukkan wilayah Sri Darya bawah dan Khawarizmi. Jengiz Khan menghadapi Sultan Muhammad, yang memimpin orang-orang Turki. Ia ialah seorang sultan yang ambisius dan pada awalnya menganggap remeh kekuatan Jengiz Khan. Orang-orang Mongol menghantam basis kekuatan Sultan Muhammad, menghancurkan pemukiman dan meruntuhkan kota di Transoxania, Khawarizm dan Khurasan.
Strategi perang bangsa Mongol ialah menanamkan stress berat dan rasa takut serta menjatuhkan mental hingga musuhnya tidak berani melawan. Bangsa Mongol membunuh 700.000 penduduk Kota Marw, membobol bendungan erat Gurganj hingga penduduk kota tersebut mati tenggelam, menuangkan emas yang mencair panas ke tenggorokan gubernurnya. Selama hampir setahun berlalu (617 H/ 1220 M) kesudahannya Turkistan jatuh ke tangan Jengiz Khan yang kemudian diikuti oleh Azerbaijan, Khurasan dan beberapa kota di Persia (618-619 H). [4]
Adapun akhir serangan Mongol tersebut ialah sebagai berikut:
1. Pusat-pusat budaya Islam timur hampir-hampir disapu bersih, hancurnya istana-istana kerajaan dan perpustakaan.
2.   Banyaknya penduduk yang terbunuh. Penduduk Harat (Heart) yang semula berjumlah 100.000 jiwa menjadi 40.000 jiwa.
3.  Masjid-masjid Bukhara yang populer sebagai sentra ibadah dan pengetahuan dijadikan sangkar kuda oleh pasukan Mongol
4.  Ribuan pengrajin muslim dibawa ke Mongolia untuk dijadikan budak.[5]
Pada ketika kondisi fisiknya mulai lemah, Jenghis Khan membagi wilayah kekuasaannya menjadi empat serpihan kepada empat anaknya, yaitu Juchi, Chagatai, Ogotai, dan Toluy.[6]
Wilayah kekuasan Jenghis Khan yang luas itu dibagi kepada empat anaknya sebelum ia meninggal dunia tahun 624 H/1227 M. Pertama ,Juchi anaknya yang sulung menerima wilayah Siberia serpihan barat dan stepa Qipchaq yang membentang ke Rusia Selatan, didalamnya terdapat Khawarism. Namun, ia meninggal sebelum ayahnya, Jenghis Khan wafat dan wilayah warisannya diberikan kepada anaknya berjulukan Batu dan Orda.
Kedua, Chagatay menerima wilayah yang membentang ke timur, mulai dari Transoxania hingga Turkistan timur atau Turkistan Cina.Ketiga, Ogotay ialah putra Jenghis Khan yang terpilih Dewan Pimpinan Mongol untuk menggantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang memiliki wilayah di Pamirs dan Ti’en Syan. Akan tetapi, dua generasi kekhannan Tertinggi jatuh ketangan keturunan Toluy. Walupun demikian cucu Ogedey yang berjulukan Qaydu  sanggup mempertahankan daerahnya di Pamirs dan Ti’en Syan, mereka berperang melawan anak keturunan Chagatay dan Qubilay Khan, hingga ia meninggal dunia tahun 1301.
Keempat, Toluy si bungsu menerima serpihan wilayah Mongolia sendiri. Anak-anaknya, yakni Mongke dan Qubilay menggantikan Ogedey sebagai Khan Agung. Adalah Hulagu Khan, saudara Mongke Khan dan Qubilay Khan yang menyerang wilayah-wilayah Islam hingga ke Baghdad.[7]





[1] Bertold Spuler, ibid, hal 26
[2] Carl Brockelmann, History of Islamic People, London : Routledge & Kegan Paul, 1980, hal 246
[3] David Morgan, The Mongols,  Cambridge : Black Well, 1990, hal 35
[4] Jalal al-Din al-Sayuthi, Tarikh al-khulafa’,  Beirut :Dar al-Fikr, hal 433
[5] Hassan Ibrahim Hassan, op-cit , hal 142-143
[6] Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradapan Islam , Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997, hal.113
[7] Brockelmann, opcit, hal 248-249