Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kehancuran Peradaban Islam Oleh Timur Lenk

Tulisan yang dulu kita membahas perihal kehancuran peradaban islam oleh hulagu khan maka selanjutnya kita mengkaji satu tokoh pemimpin bangsa mongol yang sangat kuat terhadap bangsanya serta dengan kekejamannya sanggup mengakibatkan peradaban islam seolah tak berdaya dan porak - poranda dijadikannya. eksklusif saja..
Setelah lebih dari satu kurun umat Islam menderita dan berusaha berdiri dari kehancuran jawaban serangan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan, malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya tiba kembali, yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih menempel kuat. Serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk.
Timur Lenk dilahirkan di Kesh (kini berjulukan Shahr-i-Sabz, 'kota hijau'), yang terletak sekitar 50 mil di sebelah selatan kota Samarkand di Uzbekistan pada tanggal 25 Sya'ban 736 H (8 April 1336 M). Timur Lenk, yang artinya Timur si Pincang, alasannya ialah kaki kirinya yang pincang semenjak lahir ialah seorang penakluk dan penguasa keturunan Turki-Mongol dari wilayah Asia Tengah. [1]
Ayahnya berjulukan Taragai, kepala suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putera Jengis Khan. Suku Barlas mengikuti Jagatai mengembara ke arah barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gebernur Kesh. Keluarganya mengaku keturunan Jengis Khan sendiri. Ketika ayahnya wafat, Timur bergabung dengan pasukan Gubernur Transoxiana, Amir Qaghazan, hingga gubernur itu meninggal. Timur kemudian bergabung sebagai tentara pada penguasa lokal, Amir Husein. Pada 1360 M, Timur telah menjadi seorang pemimpin militer termasyhur. Timur dikenal sebagai komandan yang gigih dalam mempertahankan daerahnya dari bahaya Tughluq Timur Khan, penguasa Dinasti Chagatai.
Serbuan pasukan Tughluq Timur Khan melambungkan nama Timur Lenk. Ketangguhan dan kehebatannya menciptakan penguasa Dinasti Chagatai terkesan. Ia direkrut Tughluq menjadi pasukannya, namun kemudian memberontak sesudah Tugluq mengangkat anaknya, Ilyas Khoja sebagai Gubernur Samarkand dan hanya mengakibatkan Timur sebagai wazir. Timur melaksanakan pemberontakan bersama dengan Amir Husain cucu Qaghazan, Tughulq dan Ilyas Khoja tewas dalam pertempuran. Kemudian Timur malah membunuh Amir Husain yang juga iparnya sendiri. Pada 10 April 1370, ia mengangkat dirinya sebagai penguasa tunggal. Semboyan Timur Lenk yaitu:
"Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka di bumi seharusnya hanya ada satu raja."
Sejak itu, Timur Lenk menebar janjkematian sebagaimana dilakukan Hulagu seabad sebelumnya. Timur Lenk menghabiskan waktunya selama 35 tahun dalam aneka macam pertempuran dan ekspedisi. Didukung pasukan Turki yang loyalis, TimurLenk melaksanakan ekspansi kekuasaan. Dia melebarkan kekuasaannya ke wilayah barat dan barat bahari mencakup Mongol, Laut Kaspia, Ural, dan Volga. Mulai tahun 782 H/ 1380 M Timur Lenk melaksanakan serangan ke Persia, Khurasan dan Azerbaijan dan berhasil mendudukinya dengan serangkaian pertempuran. Kemudian pada tahun 1393 Timur Lenk melaksanakan invasi ke Irak, melaksanakan pembunuhan dan penjarahan terutama di Baghdad dan Tikrit. Ekspedisi yang dilakukannya ke wilayah selatan dan barat daya bisa menaklukkan setiap provinsi di Persia, termasuk Baghdad, Karballa, dan Irak Utara. Tak heran, kalau banyak kota dan kawasan yang dikuasai dinasti lain berhasil dikuasai Timur Lenk. Salah satu lawan yang paling berat bagi Timur Lenk ialah Tokhtamysh. Timur Lenk membangun menara terbuat dari 2000 mayit dibalut dengan lumpur di Sabwazar, Afghanistan.[2]
Pada 1395, Timur Lenk menyerbu Moskow. Kemudian ia ke Timur ke India, tempat di mana ia membantai 80 ribu tawanannya. Kebiadaban terus ditebarkan. Pusat-pusat peradaban Islam dihancurkannya kecuali Samarkand. Di tempat ini, ia malah membangun kota dengan mendatangkan watu dari Delhi, India, dengan diangkut oleh gajah. Timur Lenk membangun piramida dari sekitar 20.000 kepala insan di Aleppo, Syria, membunuh 20.000 orang di Baghdad dan mengubur hidup-hidup 4000 tentara musuh di Armenia. Sekolah dan masjid-masjid di sekitar Irak dihancurkan.Timur juga menggempur dua kesultanan penting. Yakni kesultanan Usmani di Turki serta Mamluk di Mesir. Timur Lenk menyerang Syiria pada tahun 803 H (1401 M) dan memasuki Aleppo. Tiga hari lamanya Aleppo dihancurleburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibentuk piramida setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayit menghadap keluar. Banyak bangunan menyerupai sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanki dan Ayyubi dihancurkan. Hamah, Horns dan Ba’labak berturut-turut jatuh ke tangannya. Pasukan Sultan Faraj dari Kerajaan Mamluk sanggup dikalahkannya dalam suatu pertempuran dahsyat sehingga Damaskus jatuh ke tangan pasukan Timur lenk pada tahun 1401 M. [3]Akibat peperangan itu masjid Umayyah yang bersejarah rusak berat tinggal dinding-dindingnya saja yang masih tegak. Dari Damaskus para seniman ulung dan pekerja atau tukang yang jago dibawanya ke Samarkand.
            Dalam pertempuran melawan Timur Lenk, Usmani dipimpin sendiri oleh Sultan Bayazid I. Erthugul, anak Bayazid, tewas. Dalam pertempuran berikutnya, perang di Ankara tahun 1404, Bayazid bahkan tertawan dan meninggal sebagai tawanan. Di Takrit, kota kelahiran Salahuddin Al-Ayyubi-Timur Lenk juga membangun piramida manusia. Dinasti Mamluk di Mesir tak luput dari ancamannya. Apalagi Sultan Malik Zahir Barquq melindungi penguasa Baghdad yang melarikan diri, Sultan Ahmad Jalair. Namun, menyerupai menghadapi Hulagu sebelumnya, Mesir karenanya luput dari serangan Timur. Serangan Timur Lenk benar-benar menghancurkan peradaban Islam. Mudah hanya Mesir yang selamat. Baghdad yang belum pulih jawaban serangan Hulagu Khan dulu, sekarang remuk kembali.
            Tak puas menjarah ke Barat, Timur Lenk kemudian mengincar Cina di timur. Padahal ketika itu, ia telah berusia 71 tahun. Saat hendak melaksanakan invasi itu, Timur Lenk sakit dan meninggal pada 1405 . Dua orang anaknya, Muhammad Jehanekir dan Khalil bertempur hebat memperebutkan dingklik sang ayah. Khalil (1404-1404) menang, namun dikudeta oleh saudaranya yang lain, Syakh Rukh (1405-1447). Syakh Rukh dan anaknya, Ulugh Bey (1447-1449) memimpin negaranya dengan baik. Ilmu pengetahuan kembali berkembang. Namun tidak lama. Pada 1469, kekuasaan keluarga Timur Lenk itu ambruk.





[1] First Encyclopedia Britannica, Vol. 7, London : E.J. Brill, hal.777
[2] Hamka,  Sejarah Umat Islam, III, Jakarta : Bulan Bintang, 1981, hal 53
[3]Philip K. Hitti, History og the Arabs,  London : Macmillan Student Editions, 1974, hal.699-670
[4] Drs. Samsul Munir Amin, MA, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta : Amzah, 2013, hal 227