Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

India

 pedoman yang berkembang di India ialah Brahmana India
Patung Budha Gautama
Pada masa itu, pedoman yang berkembang di India ialah Brahmana. Ajaran ini meminta pemeluknya menyembah banyak sekali bentuk kekuatan pengatur alam semesta yang telah dijelmakan dalam bentuk patung. Mereka yakin, kekuatan-kekuatan tersebut sanggup masuk ke dalam patung yang mereka buat sehingga mereka pun menyembahnya. Pada mulanya, ilahi yang mereka sembah teramat banyak. Namun, kian usang semakin berkurang alasannya ialah mereka banyak melaksanakan perubahan terhadap pedoman Brahmana. Hingga alhasil mereka hanya mempunyai tiga tuhan: Brahma, Siwa, dan Wisnu. (al-Diyanat al-Qadimah). 
Dalam perkembangannya, muncul pedoman Buddha menggantikan Brahmana. Seiring perjalanan waktu, kedua pedoman tersebut alhasil sulit dibedakan dikarenakan telah melebur menjadi satu. Mulai semenjak itu, bermacam-macam iman atau agarna penyembahan berhala bermunculan di India. Tuhan sesembahan mereka terdiri atas bermacam-macam jenis. Mulai dan tokoh sejarah atau pahlawan, gunung, barang perhiasan, sungai, alat perang, sampai binatang. 
India juga mempunyai peraturan yang keras dan tak berperikemanusiaan yang tidak pernah ditemukan dalam sejarah peradaban manusia. Peraturan itu disusun dalam undang-undang “Monosaster”. Strata sosial insan dibagi menjadi empat tingkatan (kasta). Strata.semacam mi berkembang sesuai pedoman Hindu. 
Tingkatan paling tinggi ialah Brahmana yang terdiri atas para pendeta dan agamawan. Mereka ini mendapat akomodasi yang sangat istimewa. Selanjutnya ada Kesatria, terdiri atas panglima perang. Lalu ada Waisya, yaitu para petani dan pedagang. Yang paling rendah ialah Shudra, terdiri atas para pembantu atau orang-orang yang mengabdi kepada tiga kelompok sebelumnya. Kelompok Shudra tidak mendapat apa pun, kecuali perlakuan hina dan kesewenang-wenangan. 
Derajat perempuan di India tidak ada harganya. Seorang suami boleh menunjukkan istrinya saat beliau kalah dalam bermain judi. 
Seorang perempuan saat ditinggal mati suaminya, eksklusif berubah status menjadi budak bagi keluarga suami. Dia harus melayani keperluan apa pun. Jika beliau tidak mau menjadi budak, diperbolehkan memperabukan diri demi menghindari kotornya dunia dan pahitnya kehidupan.