Pengertian Islam Dan Peradaban
Dalam pembahasan berguru sejarah islam ini, aku akan menjelaskan ihwal pengertian mush' ab bin umair penentu rasulullah hijrah ke madinah dan strategi dan pengembangan dakwah nabi muhammad saw di madinah
Konsep islam sebagai peradaban telah dimiliki oleh Islam dikala diturunkan sebagai agama(din).Hal itu disebabkan,makna dari Din(agama) itu sendiri yaitu struktur hukum dan susunan kekuasaan serta kecenderungan insan untuk mencari pemerintah yang adil dan membentuk masyarakat yang patuh aturan . [1]
Islam turun sebagai agama secara tepat disebuah daerah dan terealisasi secara eksklusif daerah itu menjadi madinah yang sebelumnya yaitu Yathrib.Maka terbentuklah akar kata yang baru,madana dari kata din dan madinah yang bermakna mendirikan kota,membangun,memajukan dan memurnikan serta menjunjung martabat. [2]Dari kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti peradaban (civilization) yang berarti kota yang berlandaskan kebudayaan. Peradaban Islam merupakan terjemahan dari
kata arab al-hadārah al-Isla>miyyah. Dalam bahasa Indonesia kata arab itu sering diterjemahkan dengan kebudayaan islam. Padahal, kebudayaan dalam bahasa Arab yaitu “thaqa>fah”. Kebanyakan orang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” (Arab,al-Thaqa>fah; Inggris, culture) dan “peradaban” (Arab, al-hadārah; Inggris civilization). Seiring berkembangnya ilmu antropologi cukup umur ini,kedua istilah itu dibedakan. [3]
Peradabandalam bahasa Arab juga disebut dengan “al-hadārah” atau “al-madaniyyah”. Akar kata al-hadārah yaitu al-hadar, al-hadrah, al-hādirah yang berarti kota. Sedangkan al-madaniyyah itu berakar dari kata “al-madīnah” yang juga berarti kota.[4]
Dalam bahasa Inggris, kata peradaban identik dengan istilah civilization. Ada juga yang beropini bahwa kata civilization berasal dari kata “city” yang berarti kota. Sebagian lainnya berpandangan bahwa istilah tersebut yaitu serapan dari bahasa Yunani dari kata civitas yang juga berarti kota.[5] Ada pula yang beropini kata zivilization pertama kali muncul dari bahasa Prancis pada tahun 1734 terbentuk dari kata civilise yang berarti bersifat perkotaan.[6]
Seiring berkembangnya ilmu antropologi cukup umur ini,kedua istilah diatas,yaitu kebudayaan dan peradaban dibedakan.Kebudayaan yaitu sebuah bentuk ungkapan mengenai semangat mendalam komunitas masyarakat.Sedangkan peradaban terkait dengan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis dalam masyarakat.Jika kebudayaan terrefleksi dalam agama,moral dan seni serta sastra,maka peradaban banyak direfleksikan dalam politik,ekonomi dan teknologi.[7]
Menurut Ibn Khaldun sebagaimana dikutip oleh Nasr Muhammad ‘a>rif dalam mendefinisikan peradaban secara etimologis sebagai al-H}ad{a>rah yang sama artinya dengan civilization mengenai perkembangan sebuah Negara dan masa pemerintahannya.[8]
Selain pemaknaan di atas, dalam perspektif yang berbeda, A.A.A. Fyze menjelaskan bahwa civilization berasal dari kata civies atau civil, yang memiliki arti menjadi kewarganegaraan yang maju. Sehingga dalam hal ini, peradaban memiliki dua makna, yaitu: proses menjadi beradab, dan suatu bentuk (tingkat) masyarakat yang sudah maju yang ditandai dengan tanda-tanda kemajuan di bidang sosial-politik, seni-budaya, dan teknologi .[9]
Tinjauan etimologis dari beberapa bahasa tersebut mengerucut pada makna yang sama yaitu “kota”. Hal ini menunjukkkan bahwa kota yaitu sentra peradaban. Segala bentuk peradaban insan umumnya lahir dan berkembang di tengah masyarakat perkotaan. Sebagaimana ditegaskan oleh Ibn Khouldun dalam karya monumentalnya berjudul al-Muqaddimah bahwa suatu peradaban terbangun dari banyak sekali kreasi, olah pikir, tradisi, hukum, politik, acara ekonomi, gaya hidup, ilmu pengetahuan, seni dan interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat perkotaan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka dan mencapai impian sosial mereka.[10]
Dalam memaknai peradaban secara terminologis, pandangan para ilmuwan sangat beragam, sangat bergantung pada perspektif dan pendekatan masing-masing. Namun umumnya definisi peradaban selalu dikaitkan dengan kebudayaan. Sebagian peneliti memakai kedua istilah ini secara silih berganti dalam pengertian yang sama, namun sebagian besar yang lain memberi batasan-batasan tertentu sehingga secara implisit bisa dibedakan pengertian keduanya.
Menurut Durant, sebagaimana dikutip oleh Al-Tuwayjiriy berpandangan bahwa kebudayaan yaitu pecahan dari peradaban. Dalam bukunya Story of Civilization yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul Qis}s}ah at-Hadārah, ia mendefinisikan peradaban sebagai sistem yang membantu insan untuk meningkatkan produktivitasnya di bidang kebudayaan. [11]
E.B. Taylor, sebagaimana dikutip oleh Hakim, lebih menempatkan peradaban dan kebudayaan dalam pengertian yang sama. Menurutnya peradaban atau kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks dari kehidupan masyarakat yang mencakup pengetahuan, dogma, seni, nilai-nilai, moral, tradisi sosial, dan semua kemampuan dan kebiasaan yang dimiliki oleh insan sebagai anggota masyarakat.[12]
Sementara itu, Nur Hakim beropini bahwa peradaban yaitu pengembangan dari kebudayaan. Menurutnya, peradaban yaitu bentuk kebudayaan yang paling ideal dan puncak sehingga mengatakan keadaban (madaniyah), kemajuan (taqaddum), dan kemakmuran (‘umrān) suatu masyarakat. Jika kebudayaan bersifat konsep-konsep aneh menyerupai sains murni, maka peradaban lebih dari itu sebagai hasil penerapannya menyerupai teknologi dan produk-produknya.[13]
Senada dengan Hakim, Khoirul Adib berpandangan bahwa kebudayaan merupakan hasil olah nalar budi, cipta rasa, karsa, dan karya manusia. Dan hasil olah akal, budi, rasa, dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang universal berubah menjadi peradaban.[14]
demikian ihwal pengertian islam dan peradaban, dan tentunya merupakan kajian menarik bagi anda untuk mengetahui lebih lanjut terkait dengan sejarah peradaban islam. dan terkahir dari belajar sejarah islam, biar bermanfaat
[1] Al-Attas, islam, Religion and Morality,dalam prolegomena to the Metaphysics of islam, (istac: t.p, 1995),43.
[2] Ibn Mander, Lisin al-‘Arab al-Mulei (Beirut: Da>r al-Jayl,1988), 402.
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998) , 1.
[4] Hakim, Sejarah, 3.
[5] Nabilah Hasan Muhammad, Fi Tarîkh al-Hadârah al-Islâmiyah, (Iskandariyah: Da>r al-Ma’rifah), 8.
[6] Ahmad al-Qashash, Nusyû` al-Hadârah al-Islâmiyah, (t.t: Maktabah Syamilah, al-Ishdar al-Tsani), 11.
[7] Effat al-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1986), 5.
[8] Nas{r Muhammad ’A>rif, Al-H}ad}a>rah-Al-Thaqa>fah-Al-Madaniyyah Dira>sah Li S}i>rah Al-Mus{t{ala>h{ Wa Dala>lah Al-Mafhum (Herndon: Al-Ma’had Al-’Ilm Li Fikr Al-Islamiy, 1981),55.
[9] Khoirul Adib, Kebudayaan Islam dan Perkembangannya, dalam Tim Dosen PAI Universitas Negeri Malang, Aktualisasi Pendidikan Islam: Respons terhadap Problematika Kontemporer, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2010), 192.
[10] Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khouldun, al-Muqaddimah, (Beirut: Dar al-Jil), 132.
[11] Abd al-Aziz ibn Utsman al-Tuwayjiri, Khas{a>ys} at-H}ad}ârah al-Islâmiyyah wa Afâq at-Mustaqbal, (Ribath: Nasyr al-Manz}amah al-Islamiyah li al-Tarbiyah wa al-‘Ulum wa al-Thaqa>fah wa Manz}amah at-Mu`tamar al-Islamy, t.th), 4.
[12] Hakim, Sejarah, 3.
[13] Ibid, 4.
[14] Adib, Kebudayaan, 192.