Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renovasi Ka'bah

     Tepat 10 tahun Muhammad telah menjalani perahu rumah tangga bersama Khadijah. Usia Muhammad sekarang 35 tahun. Kala itu, Ka’bah dalam kondisi mengkhawatirkan. Bagian atasnya tidak beratap. Karena itu, Baitullah sering dimasuki pencuri yang masuk dari atas untuk mengambil barang-barang berharga. Fondasi dan dindingnya ringkih akhir sering diserang pasukan berkuda. Yang menyedihkan, dikala Makkah dilanda banjir besar, pelataran Ka’bah terendam air sehingga bangunan suci itu hampir ambruk. 
     Orang-orang Quraisy risikonya terdorong untuk merenovasi Baitullah. Untuk menjaga reputasi Ka’bah, mereka sepakat merenovasi Ka’bah hanya dengan dana yang berasal dari sumber yang baik, bukan dari hasil praktik prostitusi, riba, dan kejahatan lainnya. 
      Pada mulanya, mereka semua enggan dan ragu merobohkan Ka’bah, sebab kesucian, kemuliaan, dan keagungannya. Mereka khawatir, merobohkan Ka’bah akan berdampak tidak baik bagi keselamatan diri, keluarga, dan negeri kawasan tinggal mereka. Hingga risikonya Walid bin Mughirah al Makhzümi memulai dengan kapaknya. 
     “Ya Allah! Sesungguhnya saya tidak menginginkan kecuali kebaikan,” doa al Mughirah. 
Dua sisi Ka’bah berhasil dirobohkan oleh al-Mughirah. Begitu melihat al-Mughirah tak mengalami apa-apa, orang-orang Quraisy mulai berani merobohkan Ka’bah hingga fondasi pertama, yang dulu diletakkan oleh nabi Ibrahim as. Setelah itu, renovasi Ka’bah pun dimulai.

 tahun Muhammad telah menjalani perahu rumah tangga bersama Khadijah Renovasi Ka'bah
Ilustrasi Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim


 tahun Muhammad telah menjalani perahu rumah tangga bersama Khadijah Renovasi Ka'bah
Ilustrasi Ka'bah direnovasi oleh Quraisy


 tahun Muhammad telah menjalani perahu rumah tangga bersama Khadijah Renovasi Ka'bah
Ilustrasi Ka'bah diperbaiki oleh Abdullah bin Zubair


 tahun Muhammad telah menjalani perahu rumah tangga bersama Khadijah Renovasi Ka'bah
Ilustrasi Ka'bah pada zaman al Hajjaj bin Yusuf

     Pertama, mereka membagi bangunan Ka’bah dalam beberapa bagian. Setiap kabilah mendapat satu bagian, mengumpulkan sejumlah watu yang sesuai dengan jatah tiap-tiap kabilah. Pemimpin proyek renovasi mi yaitu Bâqum, seorang arsitek Romawi.
     Tentang Bâqüm mi, ada sebuah kisah menarik. Diriwayatkan, kala itu Allah menurunkan rahmat-Nya dengan mengirimkan sebuah kapal maritim dari Romawi. Ketika tiba diJeddah, kapal itu hancur berkeping-keping. Peristiwa mi didengar orang-orang Quraisy. Mereka berduyun-duyun mendatangi kapal yang luluh lantak itu untuk mengambil kayunya. Saat itulah mereka bertemu dengan Bâqum.          Setelah mendapat izin dari Bâqum, mereka mengambil kayu dan membawanya ke Makkah. Bâqüm sendiri diajak orang-orang Quraisy untuk membangun Ka’bah.
     Dalam proses renovasi itu, orang-orang Quraisy kekurangan dana. Mereka mencari solusi bagaimana caranya biar renovasi tetap berjalan di tengah rninimnya dana. Sebuah solusi didapat, yaitu dengan membuang sebanyak enam hasta di kepingan utara Ka’bah, yang dinamakan dengan al-Hijr (Hijr Ismail, red.), dan al-Hathim.
     Renovasi terus dilakukan. Posisi pintu Ka’bah lebih ditinggikan biar tidak gampang dimasuki, kecuali dikala diperlukan. Tinggi Ka’bah mencapai 15 hasta (sekitar 7,5 m). Mereka juga memasang atap yang disangga dengan enam tiang. Ka’bah hasil renovasi itu bentuknya menjelma hampir seakan-akan kubus, dengan tinggi 15 hasta (sekitar 7,5 m), dan panjang sisi yang berada di kepingan Hajar Aswad dan kepingan yang searah dengannya yaitu 10,10 m. Hajar Aswad sendiri dipasang pada ketinggian 1,50 m dan permukaan pelataran ternpat thawaf.

MUHAMMAD JATUH
     Muhammad tampak berkeringat. Bersama ‘Abbâs, Ia mendapat kiprah untuk mengangkat bebatuan dikala merenovasi Ka’bah. Tiba-tiba ‘Abbâs berkata kepada Muhammad, “Naikkan kainmu hingga ke lutut biar kau tidak terluka oeh bebatuan.”
     Segera Muhammad menarik kain yang membalut kakinya. Namun, belum hingga kain itu menyentuh lutut Muhammad, ia terjatuh. Tubuhnya membujur telentang di atas tanah.
     Pandangannya mengarah ke langit. Orang-orang yang berada di dekatnya kaget. Mereka khawatir terjadi apa-apa dengan Muhammad.
     Beruntung,.kekhawatiran itu tak terjadi. Muhammad sehat wal ‘âfiat. Ia segéra bangun dan berkata,
     “Mana kainku?Mana kainku?” Setelah kain ditemukan, Muhammad pribadi mengikat kain itu kembali dengan kencang. (HR. Bukhâri) 

Panjang sisi yang berada di kepingan pintu dan kepingan yang searah dengannya yaitu 12 m. Tinggi pintunya 2 m di atas permukaan bumi. Bagian luarnya dikelilingi tumpukan watu bangunan, tepatnya di kepingan bawah, tinggi rata-ratanya yaitu 0,25 m, dan lebar rata-ratanya 0,30 m. Bagian ini dikenal dengan istilah asy-Syádzuran, yang merupakan kepingan dari fondasi orisinil Ka’bah, dan dibiarkan sebagaimana awalnya. (Ibnu Hisyâm, Bukhâri).

Sengketa Hajar Aswad 
     Renovasi Ka’bah hampir usai. Pekerjaan yang tersisa hanya menempatkan Hajar Aswad. Orang-orang Quraisy bertikai perihal siapa yang paling berhak meletakkannya ke kawasan semula. Semua orang merasa paling berhak menempatkan Hajar Aswad. Saking sengitnya, pertikaian tersebut berl angsung selama empat atau lima malam. Kian usang makin meruncing, hingga hampir terjadi peperangan yang dahsyat di Tanah Harâm.
     Ini tidak mengherankan, sebab Hajar Aswad merupakan watu mulia, sehingga kabilah yang mendapat kesempatan meletakkannya akan mendapat kemuliaan dan terangkat derajatnya di antara kabilah lainnya.
     Mujur, Umayyah bin Mughirah al MakhzumI menengahi dan memperlihatkan solusi bijak. Dia mengusulkan kepada orang-orang Quraisy dengan cara menentukan orang yang paling dahulu memasuki pintu di antara mereka. Orang itulah yang berhak meletakkan Hajar Aswad. Tawaran ini disetujui oleh semua kabilah.
      Tak berapa usang sehabis proposal itu diterima, Muhammad tiba-tiba saja masuk. Ketika orang-orang Quraisy melihatnya, mereka menyambut dengan teriakan, “inilah al-Amin! Kami rela! Inilah Muhammad!”
     Mereka pun menceritakan duduk kasus yang terjadi kepada Muhammad. Beliau kemudian mengatakan solusi. Ia meminta sebuah selendang dan meletakkan Hajar Aswad sempurna di tengahnya. Muhammad kemudian meminta semua pemimpin kabilah memegang ujung selendang dan mengangkatnya tinggi-tinggi.      Setelah selendang dibawa ke kawasan yang telah ditentukan, Muhammad mengambil Hajar Aswad dengan tangannya dan meletakkannya di kawasan semula. Semua kabilah merasa puas dengan cara tersebut.
     Perselisihan perihal siapa yang harus meletakkan Hajar Aswad itu hampir menjadikan konflik fisik antara kabilah ‘Abd ad-Dar dan Bani ‘Adi. Kedua kabilah itu telah menyediakan bejana besar berisi darah. Lalu secara bersama-sama, mereka mencelupkan tangan mereka ke dalam bejana itu. Mereka bersumpah untuk berperang hingga titik darah penghabisan. Kondisi gawat dan membahayakan itu risikonya sanggup diatasi dengan kedatangan Muhammad.

Hikmah Renovasi Ka’bah      Kepercayaan kaum Quraisy pada Muhammad dikala sengketa Hajar Aswad pertanda bahwa Allah selalu membimbing Muhammad biar selalu berlaku jujur dan amanah.
    Keberhasilan Muhammad mengatakan jalan keluar terjadi atas izin Allah untuk mengarahkan perhatian insan pada hal besar yang akan diemban Muhammad, yaitu menyatukan seluruh umat Islam melalui aliran Islam.
    Keterlibatan Muhammad muda kala membangun Ka’bah dan menuntaskan sengketa Hajar Aswad merupakan cara Allah swt dalam mendidiknya sehingga terbiasa menuntaskan duduk kasus masyarakat di banyak sekali bidang. Satu hal yang patut diperhatikan,setiap kiprah yang dijalani Muhammad selalu dilandasi oleh satu tujuan mulia, yaitu menempatkan hak pada tempatnya dan menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.