Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prinsip Dan Huruf Peradaban Islam

Dalam pembahasan berguru sejarah islam ini, saya akan menjelaskan wacana prinsip dan abjad peradaban islam yang ini terkait dengan  pengertian islam dan peradaban serta landasan dan aspek - aspek dalam peradaban islam 
Para peneliti Barat mengakui, bahwa peradaban Islam merupakan peradaban yang paling usang bertahan. Belum ada peradaban yang sanggup bertahan sampai 14 masa tanpa ada perubahan signifikan dalam asas-asas dan nilai-nilai dasarnya. Disamping itu, mereka juga menunjukan bahwa peradaban Islam merupakan peradaban dengan wilayah masyarakat yang terbesar, setidaknya ada 1,2 milyar insan yang tersebar di banyak sekali benua hidup dalam peradaban Islam ketika ini.
Meski bukan agama terbesar di dunia, namun sebagai agama yang mempunyai peradaban yang asli dan manunggal di seluruh dunia, Islam yakni yang terbesar. Berbeda dengan Kristen, meski ia yakni agama yang terbesar pengikutnya, namun ia tidak mempunyai peradaban yang  manunggal. Peradaban umat Nasrani di Barat sangat berbeda dengan yang hidup di pecahan Timur, bahkan berdasarkan Hodgson satu sama lain tidak saling terhubung [1]
Keunggulan peradaban Islam tersebut sangat terkait dengan prinsip-prinsip dan beberapa abjad yang mendasarinya. Diantara prinsip-prinsip dan karakteristik tersebut yakni :
  1. Prinsip utama yang juga menjadi inti dari peradaban Islam yakni Tauhid, yaitu akreditasi bahwa tiada Tuhan selain Alloh SWT yang Maha Esa, Maha Pencipta, dan sentra dari seluruh kehidupan.[2] Ajaran Tauhid atau juga disebut Wahdaniyyah ini, berdasarkan al-Siba’i, sebagaimana dikutip oleh Ismail Raji Al-Faruqi, sangat kuat besar dalam mengangkat martabat manusia, meluruskan kekerabatan antara penguasa dan rakyat, dan mengarahkan pandangan hanya kepada Alloh SWT sebagai pencipta seluruh alam semesta dan kehidupan di dalamnya.
  2. Peradaban Islam bersifat humanis dan kosmopolitan. Humanis dalam arti Islam sangat menjaga hak-hak dan nilai-nilai kemanusiaan. Kosmopolitan berarti Islam sangat menghargai perbedaan dan keragaman insan dan masyarakatnya. Kosmopolitanisme tersebut, berdasarkan Abdurrahman Wahid, termanifestasikan dalam beberapa pedoman utama, menyerupai dihapuskannya batasan etnis, kuatnya pluralitas budaya, heterogenitas politik, dan lain-lain. Prinsip kosmopolitanisme itulah yang diakui oleh  sejarawan besar, Arnold J. Toynbee, sebagaimana dikutip oleh Abdurrahman Wahid, menjadi salah satu faktor utama yang mengangkat peradaban Islam ke tingkat yang sangat tinggi.[3]
  3. Peradaban Islam sangat menjunjung tinggi prinsip moral (akhlaq). Dalam sistem dan interaksi sosial, dalam aturan dan perundang-undangan, pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan lain-lain, moralitas selalu menjadi salah satu pondasi utama.[4] Tidak ada suatu sistem budaya yang lebih tinggi perhatiannya terhadap moralitas dari pada peradaban Islam. Karena, sebagaimana ditegaskan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, bahwa Islam lahir untuk tujuan memperbaiki moralitas manusia. Uniknya lagi, etika dan nilai-nilai moralitas yang diajarkan dan diteladankan oleh Nabi SAW sampai kini secara umum tetap diterapkan tanpa ada perubahan secara signifikan.
  4. Peradaban Islam sangat mengedepankan pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam sejarah tercatat bahwa peradaban Islam mencapai golden age ketika berhasil menyebarkan sains dan ilmu pengetahuan jauh lebih tinggi daripada peradaban-peradaban lain. Sepanjang masa ke-8 sampai masa ke-13, muncul banyak ilmuwan besar Muslim dengan karya dan inovasi monumentalnya dalam banyak sekali bidang. Sejarah mencatat nama-nama ilmuwan besar Muslim yang mempunyai tugas besar dalam inovasi dan pengembangan ilmu  pengetahuan, diantaranya dalam bidang Astronomi, terdapat ilmuwan besar menyerupai al-Biruni, al-Battani, al-Fazari dan Abu Ma’shar; dalam bidang matematika terdapat al-Khawarizmi,  Omar Khayyam, dan al-Zarqali; dalam bidang kedokteran muncul al-Kindi, al-Razi, dan Ibn Sina; dalam bidang Kimia, lahir Jabir ibn Hayyan dan al-Razi; dalam bidang Geografi terdapat al-Idrisi dan al-Muqaddasi, dan lain-lain.[5]  Bahkan dari pencapaian peradaban Islam dalam bidang ilmu pengetahuan itulah peradaban Barat banyak mengambil ide dalam mengobarkan gerakan reformasi keagamaan di Eropa yang memuncak menjadi gerakan renaissance.
  5. Salah satu karakteristik unik dari peradaban Islam yakni sifat adaptif dan terbuka dalam menyerap dan mengadopsi unsur-unsur peradaban besar dunia, seperti: Yunani, Persia, India, dan China. Peradaban serapan itu kemudian dikembangkan secara kreatif dan inovatif dengan menonjolkan unsur-unsur Islam. Proses peresapan dan adopsi ini bersifat alamiah mengingat peradaban-peradaban besar dunia tersebut telah hidup selama ribuan tahun, jauh sebelum Islam mulai berkembang pada masa ke-7. Namun, justru dengan cara inilah peradaban Islam mengalami pencapaian yang gemilang di banyak sekali bidang termasuk filsafat, sains, teknologi, arsitektur, seni, dan lain-lain. [6]
  6. Peradaban Islam sangat memegang teguh perilaku pluralistik dan toleransi antar umat beragama. Pengalaman ketika Islam memerintah di Spanyol merupakan pola kongkrit bagaiamana Islam menghormati pluralitas sehingga hidup berdampingan dan saling toleran dengan pemeluk agama lain selama kurang lebih 700 tahun. Sikap dan prinsip ini diakui dan dipuji oleh Bertrand Russel, seorang sejarawan atheis-sekularis militan, dan menilainya sebagai keunggulan peradaban Islam sehingga sanggup menguasai pecahan luas dunia dalam waktu yang cukup lama.[7]

sekian dari pembahasan wacana prinsip dan karakte peradaban islam, agar bermanfaat. 







[1] Hodgson, The Venture, 134.
[2] Ismail Raji al-Faruqi, Atlas Budaya Islam: Menjelajah Khasanah Peradaban Gemilang,     (Bandung: Mizan, 2001), 57.
[3] Abdurrahman Wahid, Universalisme Islam dan Kosmopolitanisme Peradaban islam dalam   Nur KholisMadjid, Islam Universal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007),  2-7
[4]  Mus{t{afa Husni al-Shiba’I, Khazanah Peradaban Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia), 35.
[5]  Ziyauddin Ahmad , Influence of Islam on World Civilization, (New Delhi: Adam Publisher,1996), 99-209
[6]  Adib, Kebudayaan, 201.
[7]  Madjid,  Islam: Doktrin dan Peradaban,  (Jakarta: Paramadina,2000), 34-35.