Berdakwah Kepada Kabilah-Kabilah
Nabi saw tiba di Makkah pada bulan Dzulqa’dah tahun ke-10 dari kenabian bertepatan dcngan tamat bulan Juni 619 M. Saat itu Makkah akan memasuki ekspresi dominan haji. Rasulullah saw menemui 26 kabilah dalam waktu sepuluh hari. Muhammad saw meminta kepada mereka semoga menampung, menolong, dan melindunginya dalam memberikan wahyu Allah.
Kabilah-kabilah yang didatangi Rasulullah saw antara lain Bani ‘Amir bin Sha’sha’ah, Muhârib bin Khasfah, Fazarah, Ghassân, Murrah, Hanifah, Sulaim, ‘Abs, Bani Nashr, Bani al-Bukâ’, Kindah, Kalb, al Harits bin Ka’ab, ‘Adzrah, dan Hadhârimah. Namun, tak seorang pun dari mereka yang menanggapi. (Ibnu Sa’ad)
Berikut beberapa kabilah yang ditemui nabi Muhammad saw.
Bani Hanifah
Ini ialah kabilah pertama yang ditemui Rasulullah saw. Mereka ialah kaum dari Musailamah al-Kadzdzab (Sang Pendusta).
Rasulullah saw meminta mereka untuk memeluk Islam. Namun, mereka menolak sama sekali usul Nabi saw. Perawi kisah ini tidak menceritakan perkataan penolakan yang mereka ucapkan kepada Rasulullah saw.
Bani ‘Abdullâh (Bani Kalbi)
Rasulullah saw tiba dan mengajak mereka. “Wahai Bani ‘Abdullâh, bahwasanya Allah telah berbuat baik kepada para orang bau tanah kalian. Berimanlah kalian terhadapku!” Namun, usul ini ditolak oleh Bani ‘Abdullâh.
Bani ‘Amir bin Sha’sha’ah
Rasulullah saw memperlihatkan Islam kepada mereka dan membacakan al-Qur’an. Lalu Bahirah bin Farras berkata kepada Nabi saw, “Kami akan menjagamu, mengeluarkan barisanmu, dan akan berperang tolong-menolong denganmu. Kami akan mendapatkan kerajaan setelahmu.” Rasulullah saw menjawab Bahirah.
“Kerajaan seluruhnya hanya milik Allah.” Mereka menolak anjuran Rasulullah saw, meski sudah diajak secara baik-baik.
Bani Qais
Rasulullah saw memperlihatkan Islam kepada Bani Qais. Para cowok suku itu berbai’at dan berjanji kepada Rasulullah saw. Lalu datanglah kepala suku berjulukan Bajrah bin Qais.
“Siapakah orang mi?”
“Muhammad al Quraisy,” jawab mereka.
“Ada urusan apa denganmu dan ada apa dengannya?” tanya Bajrah.
“Dia menduga dirinya ialah utusan Allah.”
“Berdirilah, wahai pemuda. Demi Allah, jikalau engkau bukan pecahan dari kami, saya akan memenggal lehermu,” ujar Bajrah.
Lalu, Rasulullah saw naik ke atas untanya. Tiba-tiba Bajrah memukul unta dia sehingga Rasulullah saw terjatuh. Namun, dia tetap tersenyum. Salah satu wanita Muslimah dari Bani ‘Amir tidak tahan melihat insiden ini, kemudian dia berteriak,
“Wahai Bani ‘Amir, apakah kalian membiarkan insiden ini menimpa Rasulullah saw di rumah kita?”
Akhirnya tiga orang cowok dan Bani ‘Amir yang belum masuk Islam berdiri membela Nabi saw. Para cowok dari Bani Qais juga ikut berdiri sehingga terjadilah pertengkaran di antara mereka.
Rasulullah saw kemudian mengangkat tangannya dan berkata,
“Ya Allah, berkahilah mereka,” sambil menunjuk ke arah Bani ‘Amir.
Lalu Rasulullah saw menambahkan, “Dan siksalah mereka,” sambil menunjuk ke arab Bajrah dan para cowok Bani Qais.
Bani Syaibân
Tempat tinggal Bani Syaibân terletak di antara negara Persia dan Arab. Suku ini mempunyai tiga orang pembesar: Maghruq bin Amir, Hani’, dan al-Mutsannâ. Suku ini didatangi Rasulullah saw bersama Abu Bakar. Beliau mengajak Abu Bakar lantaran sahabatnya itu mempunyai pengetahuan luas perihal nasab orang-orang ‘Arab dan kabilah-kabilah.
Kepergian Nabi saw dan Abu Bakar diikuti Abü Lahab. Kepada setiap orang yang mendengarkan dakwah Nabi saw, Abü Lahab berkata, “Janganlah engkau percaya kepadanya. Aku ialah pamannya.”
Namun, Rasulullah saw dan Abu Bakar tak menghiraukan kelakuan Abu Lahab itu. Mereka terus berdakwah sepanjang perjalanan menuju kediaman Bani Syaiban.
Setiba di Bani Syaiban dan bertemu para pembesarnya, Abu Bakar berkata pada Rasulullah saw,
“Kabilah ini jikalau mereka menerima, Allah akan menguatkan kita dengan mediator mereka.”
“Berapa jumlah prajurit kalian?” tanya Abu Bakar.
“Seribu orang,” jawab mereka.
“Lalu apa kekuatan kalian?” tanya Abu Bakar lagi.
“Kerja keras, pengorbanan, dan mengharap kejayaan dan Allah.”
“Bagaimana kalian memerangi musuh - musuh kalian?” Abu Bakar kembali bertanya.
“Jika kami sudah murka terhadap musuh, kami akan menyerahkan pedang kepada bawah umur kami dan pedang di atas unta kami.”
Kemudian Maghruq, salah satu pemimpin Bani Syaibân bertanya, “Apa yang engkau bawa?
Rasulullah saw menjawab itu dengan membaca ayat, Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kau oleh Tuhanmu:
Jangan kau mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat oke kepada kedua orang ibu-bapak, dan janganlah kau membunuh bawah umur kau lantaran takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kau mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kau membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu semoga kau memahami (nya). (QS. al-An’âm [6]: 151).
KE1STIMEWAAN RASUIULLAH SAW
1. TERJAGA DARI DOSARasulullah saw bersabda, “Setiap kalian niscaya disertai Jin Qarinnya.” Para sobat bet-tanya, “Juga bagi engkau, Rasulullah?” “Bagiku juga. Hanya, Allah melindungikudarinya dengan menjadikannya sebagai jin Muslim. Dengan demikian, dia hanyamenyuruhku pada hal yang balk.” (HR. Muslim)2. PEMBERI SYAFAAT“Aku ialah pemimpin Bani Adam pada Hari Kiamat nanti, orang yang pertamadibangkitkan dari perut bumi, dan orang yang pertama memberi syafaat jugamenerima syafaat,” kata Rasulullah saw. (HR. Muslim)3. DIUTUS UNTUK SELURUH UMAT MANUSIA“Aku dikaruniai lima keistimewaan yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelumku. Yaitu, Allah menolongku dengan menciptakan musuhku merasa takut sebelum menemuiku dalam jarak tempuh sebulan. Allah mengakibatkan bumi sebagai masjid dan suci bagiku. Untuk itu, di mana saja umatku mendapati waktu shalat, maka shalatlah. Allah juga mengakibatkan harta rampasan perang halal bagiku yang tidak dihalalkan bagi siapa pun sebelumku. Allah menganugerahiku dengan keistimewaan memberi syafaat. Selain itu, biasanya seorang nabi hanya diutus khusus kepada kaumnya, tetapi aku diutus untuk seluruh umat manusia,” kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari)4. LARANGAN MENIKAHI JANDA RASULULL4H SAW“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang Mukmin dibandingkan diri mereka sendiri dan istri-istrinya ialah ibu-ibu mereka. Orang-orang yang mempunyai relasi darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalarn Kitab Allah daripada orang-orangMukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kalian hendak berbuat baikkepada saudara-saudara kalian (seagama). Demikianlah telah tertulisdi dalam Kitab (Allah).” (QS. al-A hzôb [33]: 6)5. HALAL MENGAMBIL GHANIMAHAllah menghalalkan ghanimah atau harta rampasan perang kepada Rasulullab saw. “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) perihal (pembagian) harta rampasanperang. Katakanlah,’Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurutketentuan Allah dan Rasul-Nya).” (QS. al-An fâl [8]: 1)6. BOLEH MENIKAHI LEBIH DARI EMPAT WANITA“Wahai Nabi, bahwasanya Kami telah menghaialkan bagimu, istri-istrimu yangtelah engkau berikan maskawinnya dan hamba sahaya yang engkau miliki.”(QS. al-Ahzâb [33]: 50)7. KEFASIHAN BICARA“Aku dianugerahi enam kelebihan yang tidak diberikan kepada para nabi sebelumku,yaitu kefasihan berbicara, Allah menciptakan musuhku takut sebelum menemuiku,Allah menghalalkan harta rampasan perang, Allah mengakibatkan bumi sebagaimasjid dan suci bagiku. Selain itu, saya diutus kepada seluruh makhluk.Dan, saya dijadikan pamungkas para nabi.” (HR. Muslim)
Sementara, pemimpin Bani Syaibân lainnya, Hani’, berkata, “Kami tak akan meninggalkan agama kami dan masuk ke dalam agamamu dalam satu kali pertemuan.” Al-Mutsannâ pribadi memotong perkataan Hani’.
“Sungguh, apa yang engkau bawa ialah sesuatu yang dibenci para penguasa. Aku merasa bahwa Persia akan memerangimu. Jika kemenangan berada di pihak Arab, dosa-dosa pemiliknya akan diampuni, sedangkan apabila kemenangan berada di pihak Persia, dosa-dosa pemiliknya tidak akan diampuni.
“Sanggahanmu benar. Namun, tidak akan ada yang sanggup menidirikan kasus ini, melainkan seseorang yang meliputinya dari segenap segi,” ujar Nabi saw.
Rasulullah saw kemudian pergi. Setelah itu dia kembali lagi menemui mereka.
“Bagaimana pendapat kalian jikalau Allah memenangkan saya dan mengakibatkan saya memimpin negeri Persia. Apakah kalian akan bertasbih kepada Allah dan mensucikannya?” tanya Rasulullah saw.
“Kami akan bertasbih kepada-Nya,” jawab al-Mutsannâ.
Rasulullah saw selamanya tak pernah putus asa. Karena dia percaya atas risalah yang dibawanya dan yakin akan mendapat kemenangan.
Lalu Rasulullah saw pergi dan berkata pada Abu Bakar.
“Betapa penting adat yang luhur di zaman jahiliyah.”
Rasulullah saw tidak setuju dengan Bani Syaiban dalam hal penyebaran agama Islam, tetapi setuju dengan mereka dalam hal lain. Andaikata Rasulullah saw mendapat kemenangan, mereka akan bertasbih dan mensucikan Allah.
Di kemudian hari, al-Mutsannâ menepati janjinya untuk menyembah Allah jikalau kaum Muslim menaklukkan Persia. Itu terjadi sepeninggal Rasulullah saw, dikala tampuk khalifah dipegang Abu Bakar.
Ketika hendak mengutus prajurit Islam untuk memerangi Persia, Abu Bakar mendengar ada prajurit lainnya yang memerangi Persia. Abu Bakar kemudian memerintahkan semoga memanggil pemimpin prajurit itu.
“Andaikata Rasulullah saw melihatmu, dia akan sangat bangga atas perbuatanmu,” kata Abu Bakar kepada mereka.
“Apa engkau tidak ingat lagi padaku, wahai khalifah Rasulullah?” tanya pemimpin pasukan.
“Tidak.”
“Aku ialah al-Mutsannâ. Aku masuk Islam sesudah Rasulullah saw meninggal. Aku terlambat menjadi sobat (dia kini menjadi tabi’in).” Kemudian dia menangis.
YANG TIDAK DISUKAI NABI SAW
Mengambil Hak Orang Lain (Korupsi)Suatu ketika, Rasulullah saw berjalan melewati penjual yang menumpuk barang kering untuk dijual. Beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan itu dan ternyata ada pecahan yang lembap di dalamnya. Beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Dia menjawab, “Itu kena hujan, wahai Rasulullah.” Lalu dia berkata lagi, “Mengapa engkau tidak meletakkannya di atas semoga sanggup terlihat orang? Siapa yang curang, maka dia bukan dan golonganku.”(HR. Muslim dan Tirmidzi).
“Demi Allah, andaikata Rasulullah saw melihatmu, dia akan senang atas perbuatanmu,” ujar Abü Bakar.
“Aku tidak tahu harus bagaimana saya menemuinya,” jawab al-Mutsannâ.
Abü Bakar kemudian membaca ayat,
Dan mengapa engkau tidak menafkahkan (sebagian hartamu) di jalan Allah, padahal Allah-lah yang memusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara engkau orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Makkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada setiap mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang engkau kerjakan. (QS. al-Hadid [57]: 10).
Bani Muhârib
Rasulullah saw pergi menemui Bani Muhârib. Para pengawal pemimpin Bani Muhârib menghadang Rasulullah saw.
Beliau kemudian bertanya. “Apakah kalian akan masuk Islam?”
“Aku tidak akan masuk Islam, hingga engkau sanggup mengalahkanku,” jawab mereka.
Tantangan ini tidak menciptakan nyali Rasulullah saw ciut. Para pengawal itu mengumpulkan beberapa orang cowok untuk menghadapi Rasulullah saw. Pertarungan berlangsung seru. Satu per satu para pengawal itu bertarung melawan Rasulullah saw, tetapi semuanya berhasil dikalahkan.
Setiap pengawal yang dikalahkan Nabi saw selalu berdalih.
“Dia mengalahkanku lantaran kebetulan.”
Rasulullah saw kemudian mengalahkannya lagi dan pengawal itu kembali berteriak.
“Dia mengalahkanku lantaran kebetulan.
Rasulullah saw kemudian mengalahkannya untuk ketiga kalinya, tapi pengawal itu tetap menolak untuk masuk Islam. Beliau kesudahannya meninggalkan para pengawal itu.
HIKMAH BERDAKWAH KEPADA KABILAH-KABILAH
Kelakuan Abü Lahab yang terus menghambat dakwah Rasukullah. saw akan selalu ada di setiap zaman. Orang-orang yang sering menentang Islam dan dakwah para da’i di masa kini bahwasanya ialah sosok Abü Lahab modern. Mereka berusaha keras menghalangi insan dari jalan kebenaran dan membelokkan kelurusan dari jalan itu dengan bermacam cara. Terkadang, mereka menuduh para da’i sebagai orang yang menciptakan fatwa sesat. Lain waktu, mereka menuduh para da’i telah keluar dari empat mazhab. Segala perjuangan Abü Lahab tak menciptakan nabi Muhammad saw mundur. Beliau terus melanjutkan dakwahnya. Sikap ini, yaitu perilaku pantang menyerah, tak putus asa, dan tak patah semangat hanya lantaran mendapatkan rintangan, fitnah, caci maki, dan intimidasi dan para penentang Islam harus diteladani para da’i.
Para dai harus membuka semua pintu kemungkinan dalam berdakwah, menyerupai yang dicontohkan Rasulullah saw berdakwah pada kabilah-kabilah. Jika gagal, teruslah berjuang lantaran tak ada perjuangan yang tak ada hasilnya.