Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

I’M A Spider, So What? Bahasa Indonesia Special Chapter 1 Volume 13

Special Chapter 1 Jalan Oni

Kumo Desu ga, Nani ka?
Penerjemah :

Editor :



Menebus.

Ketika saya memejamkan mata, kata itu timbul ke permukaan, seperti seseorang mengatakan eksklusif di kepala aku.

Bahkan di saat saya membuka mata, kata itu masih ada.

Aku bisa tidur dan bangun, dan itu tetap menempel pada saya tanpa akhir.

Menebus.

Ini yaitu imbas dari Taboo level 10.

Pengetahuan yang diberikan terhadap mereka yang melaksanakan tabu dan mengembangkan tingkat skill ke tingkat tertinggi, dan ongkos pengetahuan itu.

Mereka yang memaksimalkan skill Taboo mesti hidup dengan kata ini selama sisa hidup mereka.

Menebus.

Sebuah kata yang ditujukan terhadap semua insan yang hidup di dunia ini.

Tabu ada untuk bikin insan sadar akan dosa mereka sendiri, langkah-langkah yang menenteng dunia ini ke jurang kehancuran.

Tetapi jikalau itu benar, kemudian untuk apa kita reinkarnasi yang hidup di dunia yang berlainan sepenuhnya mesti menebusnya, dan bagaimana caranya?

Jawabannya adalah…


Aku tidak tahu pencucian sesudah peperangan akan sesulit ini.

Setelah saya mengakhiri sebagian besar pekerjaanku, saya jatuh kelelahan.

Berkat statistik dan skillku, kecapekan fisikku bantu-membantu tidak terlampau buruk. Tetapi korban mental dan emosional jauh lebih dalam.

Lagi pula, pekerjaanku kini berisikan mengidentifikasi mereka yang terbunuh dalam pertempuran, merencanakan duit belasungkawa untuk dikirim ke kerabat mereka, dan seterusnya.

Pengorbanan dalam gugusan yang saya pimpin, Pasukan Kedelapan, sungguh besar.

Setidaknya setengah dari itu lantaran saya memaksa mereka untuk menyerang musuh dengan serangan bunuh diri.

Setiap kali saya menyaksikan daftar nama, saya nyaris bisa mendengar tangisan kebencian mereka terhadap aku.

Dan kemudian ada panorama keluarga mereka menempel di badan mereka yang sudah pulih dan terisak-isak.

Aku mesti menyodorkan simpati saya terhadap mereka tanpa emosi positif di balik kata-kata aku. Aku tidak dapat membiarkan perasaan apa pun muncul.

Aku tidak punya hak untuk menjadi emosional perihal hal itu.

Karena saya mesti menjadi atasan yang tidak berperasaan yang dengan kejam mengirim mereka ke janjkematian mereka. Sungguh, saya semestinya tidak diizinkan untuk memikirkan sentimen ini sekarang.

Aku memaksakan diri untuk menjernihkan asumsi dan konsentrasi menghadapi akibatnya.

Karena saya merusak benteng wilayah kami bertarung dengan tanganku sendiri, itu tidak lagi patut untuk diduduki secara strategis.

Tidak ada gunanya mengklaim kepemilikan atas tumpukan puing.

Tetapi kita mesti memulihkan jenazah orang mati dari kedua pasukan yang tersisa di medan perang dan persediaan yang tersisa di dalam benteng.

Jika tidak, penjarah medan perang akan kabur dengan segalanya.

Sebagian besar perbekalan di benteng hancur dan tidak dapat digunakan lagi di saat saya meledakkan semuanya, namun untungnya, ada beberapa sumber daya yang tersisa yang tidak hancur dalam pertempuran, yang sukses saya pulihkan.

Mengumpulkan mayat-mayat itu jauh lebih sulit.

Tentu saja, sebagian besar orang yang selamat dan anggota gres Angkatan Darat Kedelapanlah yang diperintahkan untuk menghimpun mayat-mayat itu.

Kebanyakan dari mereka yaitu sobat dan kenalan orang mati.

Ada beberapa insiden dimana seseorang mendapatkan jasad temannya dan menangis tersedu-sedu, tidak dapat melanjutkan pekerjaannya.

Aku bertanggung jawab atas semua bencana ini.

Cukup membuatku kehilangan kata-kata.

Tapi tetap saja, saya dihentikan berdiam diri.

Aku mesti menginformasikan serdadu yang terisak-isak untuk “berhenti menangis dan bekerja” tanpa sedikit pun belas kasihan.

Jika mereka menatapku dengan kebencian, saya balas memandang dengan lebih intens.

Tekanan dari tatapanku memaksa mereka untuk menundukkan kepala dan menyerah.

Anggota Angkatan Darat Kedelapan yaitu adonan orang-orang yang tidak pernah ada keterkaitannya denganku.

Sejak awal, mereka tidak punya argumentasi untuk setia padaku.

Dan kini saya sudah memaksa mereka untuk berbaris menuju janjkematian tertentu dan bikin banyak rekan mereka terbunuh, kurangnya kesetiaan itu bermetamorfosis kemarahan dan ketakutan.

Ke dalam kebencian atas janjkematian yang tidak berarti.

Tapi mereka tidak dapat menentangku.

Keputusasaan yang dihasilkan sungguh jelas.

Aku sudah menjadi jenderal jahat yang menertibkan tentaranya dengan ketakutan. Tidak ada keadilan di mana pun dalam gambar itu.

Tapi inilah jalan yang saya pilih.

Sudah telat untuk kembali sekarang.

Sambil menghela nafas, saya berdiri dari dingklik di kamar pribadiku. Kami mengadakan konferensi dengan semua komandan hari ini.

Aku meninggalkan kamarku dan menuju ruang konferensi. Sepanjang jalan, saya berjumpa dengan Tuan Merazophis.

"Halo."

"Halo."

Kami bertukar salam singkat yang sama. Tuan Merazophis yaitu pramusaji Nona Sophia.
Sejak saya menjadi komandan, beliau juga memperhatikan saya selaku senior aku.

Dia senantiasa menjadi lelaki pendiam yang membenci basa-basi, namun hari ini, beliau terlihat sungguh muram.

Aku percaya beliau merasa murung lantaran argumentasi yang serupa denganku.

Wajahnya yang biasanya pucat terlihat lebih pucat dari biasanya. Bersama-sama, kami berlangsung tanpa bunyi menuju ruang pertemuan.

Saat kami membuka pintu dan masuk, Komandan Darad sudah duduk, dengan suasana hati yang serupa beratnya dengan kami berdua.

Tapi tidak menyerupai kecapekan mental kita, Darad terlihat lebih terkuras secara fisik ketimbang apa pun. Tidak menyerupai Merazophis dan aku, Komandan Darad yaitu iblis biasa.

Statistiknya secara alami lebih rendah dari kita.

Antara peperangan dan pekerjaan pencucian sesudahnya, beliau mesti sungguh-sungguh lelah. "Ah. Tuan Merazophis dan Tuan Wrath.”

Bahkan suaranya tidak mempunyai kekuatan menyerupai biasanya. Pria ini terang kelelahan.

"Kamu niscaya melakukan pekerjaan keras," kataku tanpa berpikir. “Hm. Kaprikornus saya sungguh-sungguh terlihat kelelahan, ya?”

“Ya, kurang lebih.”

Tidak ada gunanya menjajal menyangkalnya, jadi saya menjawab dengan jujur.

“Betapa menyedihkannya aku. Kalah secara spektakuler dalam peperangan terbesarku, kemudian mempermalukan diriku sekali lagi dalam proses membersihkan kekacauanku. Itu cukup untuk bikin seorang lelaki kehilangan keyakinan pada dirinya sendiri.”

Komandan Darad tertawa miris.

Untungnya, Komandan Kogou masuk pada dikala itu.

Komandan raksasa mencicipi suasana di ruangan itu dan berubah canggung dan menyesal dikala beliau berlangsung ke wilayah duduknya.

Komandan Kogou juga terlihat pucat.

Sepertinya semua komandan sedang melakukan pekerjaan terlalu keras hingga batas tertentu. Aku mengambil wilayah duduk saya juga dan menanti konferensi dimulai.

Setelah beberapa saat, Nona Putih memasuki ruangan.

Mungkin itu cuma imajinasiku, namun kelihatannya beliau melirik Komandan Kogou dikala beliau masuk.

Meskipun lantaran matanya senantiasa tertutup, agak susah untuk menyampaikan ke mana beliau melihat.

“Hei. Sepertinya semua geng ada di sini. ”

Sementara saya terusik oleh Nona Putih, Nona Ariel masuk juga.

Masih ada beberapa komandan yang hilang, namun kurasa sisanya tidak tiba hari ini.

Lebih penting lagi, Pak Balto terlihat sungguh depresi di sebelah Nona Ariel.

Dia sungguh pucat, kelihatannya beliau bisa mati kapan saja. Apakah beliau baik-baik saja?

“Panglima Angkatan Darat Kedua belum kembali. Dia tidak akan ada di sini hari ini.”

Nona Ariel menampilkan bahwa Komandan Angkatan Darat Kedua, Sanatoria, tidak akan bergabung dengan kita.

Nona Sanatoria tiba ke salah satu konferensi ini sendirian cuma sekali untuk melaporkan suasana pasukannya dikala ini, namun kemudian beliau kembali ke depan untuk memantau benteng yang sudah diserbu monster monyet.

Saat ini, beliau dalam perjalanan kembali dari benteng itu bareng Pasukan Kedua.

Pada konferensi sebelumnya, Bu Ariel menyatakan bahwa sasaran kami selanjutnya yaitu desa elf.

Beberapa komandan bermitra dengan para elf; mantan Panglima Angkatan Darat Kesembilan Warkis berkolusi dengan mereka.

Miss Ariel dan Miss White belum menginformasikan saya yang mana, namun saya menduga dari konteks bahwa Miss Sanatoria yaitu salah satunya.

Ini cuma tebakan, namun saya nyaris percaya saya benar.

Dan jikalau saya bisa mengenali sebanyak itu, sulit dipercayai Nona Ariel dan Nona Putih belum tahu.

Yang mempunyai arti untuk dikala ini, mereka dengan sengaja membiarkannya bebas.

Aku tidak memahami mengapa mereka melaksanakan itu jikalau kita berada di ambang berbaris di desa elf untuk memusnahkan seluruh ras mereka.

Tapi mengenali Nona Ariel dan Nona Putih, saya percaya ada argumentasi yang sungguh manis yang tidak secepatnya terlihat.

“Nah, saya sudah menghimpun kalian semua di sini untuk argumentasi yang sungguh penting. Kita akan membahas planning serangan kita ke desa elf.”

Hmm? Aku menyimpan kejutan untuk diriku sendiri.

Biasanya Bu Ariel meninggalkan Pak Balto yang bertugas menjalankan rapat-rapat tersebut.

Namun kali ini, Bu Ariel sendiri yang menanganinya.

Sesuatu yang aneh sedang terjadi.

Mau tidak ingin saya memperoleh firasat jelek tentangnya.

Dan lebih sering ketimbang tidak, firasat jelek saya benar.

“Sebenarnya ada sedikit pergeseran rencana. Kita mesti memundurkan acara lebih cepat.”

Semua komandan terdiam, seperti mereka lupa bernapas.

Aku tidak dapat menyalahkan mereka atas reaksi itu. Kami gres saja mengakhiri pencucian pascaperang, dan kini kami mesti secepatnya berbaris lagi.

Rencana permulaan sudah cukup sibuk dan kelemahan waktu. Jika kita meningkatkannya lebih jauh, maka ini bisa bermetamorfosis pawai janjkematian yang sebenarnya.

“Ya, maaf soal itu!”

Nona Ariel menggaruk kepalanya dan meminta maaf dengan nada ringan.

Ini bukan ketentraman sama sekali, namun beliau mungkin sungguh-sungguh merasa tidak yummy di dalam.

Kalau soal itu, Bu Ariel bantu-membantu orang yang sungguh baik.

Tapi usul maafnya tidak akan bikin pekerjaan yang menumpuk di depan kita kian kecil.

Istilah eksploitasi pekerja melintas di benak aku.

Orang bisa melaksanakan hal-hal hebat jikalau mereka mendorong diri mereka sendiri. Kami sukses mengakhiri reorganisasi pasukan dan berkemas-kemas untuk berbaris tepat pada waktunya.

Mungkin lantaran semua komandan melakukan pekerjaan sama dan berlarian menyerupai orang gila untuk bikin persiapan.

Tuan Balto dan Komandan Darad sungguh kooperatif; bagiku kelihatannya mereka menjadi lebih terbuka selama periode antisipasi ini.

Yang lebih mengagetkan lagi, Miss Sanatoria juga cukup membantu, terlepas dari kenyataan bahwa kemungkinan besar beliau melakukan pekerjaan dengan para elf secara rahasia.

Ketika beliau kembali ke kastil Raja Iblis, beliau sungguh-sungguh berkoordinasi dengan orang-orang menyerupai Tuan Balto, yang tetap tinggal untuk mempertahankan agar segala sesuatunya tetap berlangsung di wilayah iblis selama pertempuran, dan Komandan Darad. Dia secara proaktif ikut serta dalam upaya restorasi, mengembangkan pertahanan pasukan yang berkemas-kemas untuk menuju ke desa elf dan sebagainya.

Meskipun tidak menyerupai Tuan Balto dan Komandan Darad, beliau tidak menyodorkan untuk meminjamkan pasukannya ke ekspedisi ke desa elf.

Meski begitu, beliau sungguh membantu.

Aku kira Nona Sanatoria niscaya sudah menentukan untuk menentukan kontak dengan para elf dan tetap dengan Nona Ariel.

Itu terlihat menyerupai langkah oportunistik bagiku, namun bantu-membantu itu bukan kendala aku.

Di segi lain, Komandan Angkatan Darat Ketiga Kogou terang tidak kooperatif.

Dia senantiasa berada di pihak pemberontak, dan beliau juga menentang serangan berikutnya.

Meski begitu, walaupun beliau tidak menolong secara aktif, beliau juga tidak menjajal menghentikan kita.

Jika seseorang menyerupai Tuan Balto memberinya perintah, beliau akan tetap melakukannya, meski dengan setengah hati.

Berkemauan lemah. Ragu. Itulah kesan saya perihal Komandan Kogou.

Aku tahu kedengarannya agak kasar, namun saya tidak dapat menahannya.

Sementara kami semua menyalakan lilin di kedua ujungnya, beliau satu-satunya komandan yang secara konsisten menolak untuk membantu.

Secara teknis, saya kira Komandan Angkatan Darat Kesembilan Hitam juga tidak membantu, namun beliau mempunyai posisi khusus selain kami para komandan.

Adapun komandan lain dengan posisi khusus, Nona Putih, beliau sendiri kelihatannya cukup sibuk.

Meskipun saya belum pernah sungguh-sungguh melihatnya terlihat sibuk.

Secara resmi, masih menjadi misteri pekerjaan macam apa yang bantu-membantu dilaksanakan oleh Tentara Kesepuluh Nona Putih, namun saya kebetulan tahu bahwa Nona Putih menteleportasi mereka ke mana-mana untuk melaksanakan aneka macam pekerjaan sampingan.

Fakta bahwa saya tidak menyaksikan satupun dari anggota Tentara Kesepuluh selama periode pementasan yaitu bukti bahwa mereka sedang sibuk.

Mereka di sini untuk keberangkatan hari ini.

…Meskipun saya tidak menyaksikan beberapa anggota, menyerupai Nona Sophia.

Aku menduga orang-orang yang tidak di sini bepergian dengan serdadu kekaisaran selaku gantinya.

Sebelum kami pergi, Natsume—atau lebih tepatnya Hugo—memimpin pasukan kekaisaran menuju desa elf.

Kami akan berbaris secepatnya sesudah mereka, selaku gugusan kedua dalam urutan pertempuran.

Aku menyaksikan ke sekeliling pasukan iblis dikala kami bersiap untuk pergi.

Hal pertama yang mengagetkan saya yaitu bendera perang kekaisaran.

Ada terlalu banyak dari mereka yang bahkan menyaksikan sepintas meninggalkan kesan yang kuat.

Aku berani bertaruh bahwa Nona White yang merencanakan ini.

Kita akan berpura-pura menjadi cuilan dari serdadu kekaisaran dikala kita berbaris.

Di permukaan, iblis dan insan terlihat persis sama.

Jadi selama kita menampilkan afiliasi kita dengan berani dan membuatkan gunjingan sebelumnya bahwa serdadu kekaisaran akan datang, tidak ada yang hendak menjadi lebih bijaksana.

Ada beberapa pengecualian yang menonjol secara visual, sepertiku, namun yang mesti kita kerjakan hanyalah menutupinya dengan pelindung seluruh badan dan semacamnya.

Saat ini, di tanah manusia, mereka mungkin semua siap untuk pasukan kekaisaran tiba berbaris.

Tanpa tahu bahwa kami sungguh-sungguh serdadu iblis.

Aku percaya Paus sudah memastikannya.

Kesan pertama saya perihal Paus yaitu bahwa beliau yaitu orang renta biasa, atau begitulah menurut aku.

Dia tidak mempunyai jejak aura yang sungguh-sungguh kuat. Jika saya melingkarkan tanganku di lehernya dan meremasnya sedikit, saya bisa mencekiknya hingga mati dengan mudah.

Dari jumlah itu saya yakin.

Dan saya tidak salah perihal itu.

Paus sungguh lemah, dan saya bisa dengan gampang menghancurkannya dengan satu serangan.

Tapi itu cuma dalam hal kekuatan fisik.

Nona Ariel, dari semua orang, menyebutnya monster.

Aku memperoleh persepsi sekilas namun terang dari segi dirinya itu.

“Itulah tepatnya mengapa saya tidak akan membiarkan gunung-gunung pengorbanan mati sia-sia.”

Aku percaya Paus tidak tahu betapa kata-kata itu mengguncang saya hingga ke inti aku.

Aku pertama kali berjumpa Paus di saat Nona White dan Nona Ariel mengajak saya mendatangi Holy Kingdom of Alleius.

Tepat sebelum perang, itu yaitu konferensi antara musuh bebuyutan: kepala iblis dan pemimpin agama Firman Tuhan, yang intinya bisa disebut pemimpin manusia.

Untuk beberapa alasan, saya juga diizinkan untuk duduk dalam konferensi yang menyeleksi ini.

Nona Ariel dan Paus sebelumnya meraih konsensus bahwa mereka akan melakukan pekerjaan sama sesudah perang untuk mengalahkan para elf selaku front persatuan, dan mereka terang bikin perjanjian rahasia.

Jadi tujuan dari konferensi ini yaitu untuk menyatukan ide-ide mereka dan secara terbuka mendiskusikan planning langkah-langkah sesudah perang dan sesudah mengalahkan para elf.

Nona Ariel yaitu saksi hidup sejati, makhluk yang sudah ada sejak sebelum metode dibuat.

Dan dari apa yang beliau katakan padaku, Paus mempunyai skill yang sungguh tidak biasa yang memungkinkan beliau untuk dilahirkan kembali beberapa kali dengan kenangan dari semua kehidupan sebelumnya yang utuh.

Itu mempunyai arti beliau yaitu saksi hidup sejarah menyerupai Ariel, bahkan jikalau beliau sudah dilahirkan kembali berkali-kali alih-alih bertahan selama ini.

Dan jikalau beliau tahu sejarah bantu-membantu dari dunia ini, itu mempunyai arti beliau juga tahu semua perihal sistemnya.

Tabu mengajari saya kebenaran sistem.

Yaitu, bahwa langkah-langkah kurang berakal insan menenteng dunia ini ke jurang kehancuran, dan seorang dewi mengorbankan dirinya untuk mempertahankan kehancuran itu tetap ada.

Teluk.

Tapi itu cuma penyelesaian sementara, dan dunia ini masih dalam ancaman kehancuran.

Sistem ini intinya yaitu mantra besar yang mengambil poin pengalaman yang setiap makhluk hidup bangkit sepanjang hidup mereka, kekuatan yang tercermin dalam statistik dan skill mereka, dan memulihkannya sesudah janjkematian makhluk itu, menggunakannya untuk memulihkan dunia dan mencegahnya jatuh. ke dalam kehancuran.

Nona Ariel dan Paus mengenali kebenaran perihal metode ini.

Itu sebabnya Nona Ariel mengadu iblis melawan insan selaku Raja Iblis dan memberi metode lebih banyak energi dengan memunculkan janjkematian massal.

Dan argumentasi agama Firman Tuhan mengajarkan pengikutnya untuk melatih skill mereka dan mendengar "suara Tuhan" lebih sering yaitu untuk mengembangkan jumlah energi yang mereka berikan terhadap metode selama hidup mereka.

Saat penduduk dunia ini berkembang dewasa, mereka mendengar pengumuman setiap kali mereka mendapatkan skill baru, naik level, dan seterusnya dalam sistem.

Sangat sedikit orang yang merasa aneh menilai itu bunyi Tuhan.

Bagaimanapun, mereka sudah mendengarnya sepanjang hidup mereka.

Tetapi di saat reinkarnasi lain mencar ilmu perihal hukum Firman Tuhan, mereka mungkin cuma berpikir bahwa dunia ini mempunyai keyakinan yang sungguh aneh.

Jika saya mengenali perihal kredo itu tanpa mengenali hal lain, saya percaya saya akan memikirkan hal yang sama.

Dengan reinkarnasi lain, kita mungkin bahkan bikin lawakan perihal hal itu.

Agama Firman Tuhan sungguh konyol, menurut kami.

Tapi mengenali kebenarannya, tidak ada yang perlu ditertawakan.

Firman Tuhan bantu-membantu memakai kerangka agama untuk memeras seluruh umat manusia.

Ini memberitahu mereka untuk menjadi cuilan dari fondasi dunia.

Sejak mereka dibesarkan dengan kredo ini sejak lahir, diindoktrinasi olehnya, mereka sepenuhnya percaya bahwa mereka mengikuti keyakinan Firman Tuhan atas kehendak bebas mereka sendiri.

Ini sungguh efektif. Sangat menakutkan, sebenarnya.

Aku percaya itu mengusik saya lantaran memperlakukan kehidupan selaku barang habis pakai.

Hampir terasa menyerupai peternakan: memelihara ternak dalam bentuk insan dan mengirimkannya untuk dimakan.

Dan ini kian meresahkan lantaran insan sama sekali tidak tahu bahwa mereka dibesarkan selaku ternak…

Tetapi orang yang bikin peternakan ini tidak lain yaitu Paus Firman Tuhan.

Semakin saya mencar ilmu perihal agama itu, kian saya menyadari betapa menakutkannya Paus.

Kemampuan organisasinya yang menjadikannya begitu menakutkan.

Agama Firman Tuhan mempunyai imbas nyaris di setiap bangsa manusia.

Satu-satunya pengecualian yaitu Sariella, suatu negara yang menyembah Dewi, namun ada gereja di setiap negara insan lainnya.

Bahkan desa-desa terkecil mempunyai kapel, membuatkan akar agama Firman Tuhan.

Anak-anak kecil mendapatkan berkat Gereja dan berkembang dengan menyimak ajaran-ajarannya.

Pada dikala mereka meraih usia dewasa, mereka yaitu orang-orang yang setia percaya pada Firman Tuhan.

Begitulah cara Gereja mencengkeram hati orang-orang dan memperoleh kontrol yang lembut atas umat manusia.

Tidak cuma itu, gereja-gereja yang tersebar di seluruh dunia digunakan selaku sentra pengumpulan keterangan atau titik perhentian di mana keterangan disampaikan.

Rupanya, pada lazimnya orang yang melakukan pekerjaan di bawah Gereja memperoleh skill Fartalk, model lanjutan dari Telepati. Skill ini memungkinkan penggunanya untuk berkomunikasi dengan satu

lain dalam jarak yang jauh.

Mereka memakai skill ini untuk menyodorkan informasi, gaya permainan telepon, hingga ke markas Firman Tuhan di Kerajaan Suci Alleius.

Ini mungkin bukan pembaruan waktu nyata, namun ini masih ialah cara yang sungguh cepat untuk menghimpun keterangan dari negeri yang jauh.

Paus tahu betul betapa berharganya keterangan gres itu.

Di dunia ini tanpa kendaraan beroda empat atau pesawat, perjalanan mengkonsumsi waktu lama.

Selain pengecualian menyerupai gerbang teleportasi dan Fartalk, cara tercepat untuk menyodorkan keterangan yaitu dengan kurir menunggang kuda, namun itu pun acap kali terlalu lambat.

Tetapi dengan menempatkan pengguna Fartalk di setiap negara, Paus sanggup meminimalkan keterlambatan dalam mengantarkan keterangan seminimal mungkin.

Kemudian beliau menganalisis keterangan itu dan bikin gerakannya sesuai dengan itu.

Selain itu, ia juga mempunyai prosedur lain yang memperkuat Gereja.

Yang paling penting dari semuanya, walaupun struktur ini memerlukan banyak orang, yang tidak mereka perlukan yaitu talenta tertentu.

Fartalk yaitu skill tingkat lanjut, namun selama seseorang mempelajari Telepati, yang diinginkan hanyalah latihan.

Demikian pula, semua skill yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan di organisasi keagamaan ini sungguh biasa.

Siapa pun sanggup mempelajarinya jikalau mereka memikirkannya.

Dengan kata lain, ini yaitu pekerjaan yang dapat dilaksanakan siapa saja.

Dan itu sungguh penting.

Karena itu mempunyai arti beliau bisa melatih sejumlah pemain pengganti.

Alih-alih menempatkan administrasi organisasi di tangan orang yang luar biasa

orang, ia memakai massa untuk mendukungnya.

Dan lantaran siapa pun sanggup melakukannya, lowongan dengan gampang ditutup, dengan banyak pengganti yang siap mengisi kekosongan.

Jika satu orang hilang, orang lain bisa menggantikannya.

Bahkan Paus sendiri tidak terkecuali dengan hukum itu; di saat lelaki yang mewarisi nama Dustin tidak ada, paus yang berlainan mengambil alih kiprah tersebut.

Dan bahkan pada momentum di saat Dustin tidak memimpin, gereja Firman Tuhan tidak pernah goyah.

Fondasi agama ini sungguh kuat dan tak tergoyahkan.

Agama Sabda Tuhan sudah menjadi peralatan selama ratusan tahun, mengukuhkan tempatnya selaku cuilan permanen dari penduduk manusia.

Ya, Paus tidak disangsikan lagi yaitu lelaki yang luar biasa.

Tapi alih-alih kekuatannya sendiri, beliau memakai orang lain untuk menertibkan umat manusia.

Dia sungguh-sungguh raja di antara manusia.

Sifatnya menjadikannya menonjol bahkan di antara semua orang hebat yang pernah saya temui.

Nona Ariel, Nona Putih, Nona Sophia, Tuan Merazophis… mereka semua sungguh berefek dengan haknya masing-masing, jadi mereka tidak pernah bergantung pada orang-orang di bawah mereka.

Karena mereka sendiri sempurna, selaku individu yang lengkap, mereka tidak pernah sibuk-sibuk menjadi raja yang memerintah orang lain dengan kekuatan mereka.

Orang yang saya jumpai yang paling sesuai untuk kiprah raja mungkin yaitu almarhum Tuan Agner, Komandan Angkatan Darat Pertama.

Tuan Agner tidak cuma memimpin Pasukan Pertama—dia memimpin ras iblis secara keseluruhan dengan sungguh hati-hati.

Tetapi walaupun demikian, saya mesti mengakui bahwa organisasi Pak Agner masih sungguh bergantung pada kekuatannya dan otoritas yang menyertainya.

Tanpa dia, para pengikutnya tidak dapat berdiri sendiri.

Tapi kontrol Paus tidak begitu ringkih sehingga semuanya akan awut-awutan sesudah kehilangan satu orang.

Dia mungkin mendapatkan kekuatan dan batasannya sendiri sejak permulaan dan eksklusif konsentrasi membangun organisasi.

Dia mempunyai pengetahuan hebat yang memungkinkan beliau untuk memprediksi pertumbuhan masa depan.

Dan lantaran beliau sungguh-sungguh sukses bikin agama Firman Tuhan begitu masif, tidak disangsikan lagi beliau mempunyai kelihaian dan seni administrasi yang luar biasa.

Nah, sebagian besar ini cuma apa yang saya pelajari dari Bu Ariel.

Setelah saya memintanya mengajari saya perihal agama Firman Tuhan, saya pikir saya memahami betapa menakjubkannya Paus.

…Tetapi di saat saya berjumpa dengannya secara langsung, saya menyadari bahwa saya masih mesti banyak belajar.

“Kita akan membunuh jagoan itu. Itu sudah diatur. ”

“Tapi jikalau kau melaksanakan itu, umat insan tidak akan bisa lagi melawanmu, Raja Iblis. Bukankah ini mungkin sedikit terlalu berat sebelah?”

“Dan menurutmu berapa banyak energi yang hendak dihabiskan jagoan untuk menghadapiku? Kita berdua akan lebih baik tanpa itu terjadi, bukan begitu?”

"…Aku melihat. Kaprikornus Kamu tidak cuma akan membunuh pahlawan, namun juga menetralisir kerangka jagoan sepenuhnya? ”

"Itu rencananya."

“Apa untung dan ruginya melaksanakan hal itu?”

Paus dan Nona Ariel secara terbuka mendiskusikan bagaimana mengatasi sang pahlawan.

Dari apa yang saya dengar, jagoan itu yaitu abang lelaki dari kawan dekat saya dari

kehidupan sebelumnya, Shun.

Dan Paus memakai abolisi organisasi jual beli insan yang rahasia dijalankan oleh para elf selaku cara agar jagoan itu membangun pengalaman peperangan dan popularitas yang sama.

Karena pertentangan dengan iblis terbatas pada perang cuek untuk dikala ini, tidak ada wilayah bagi jagoan untuk bikin nama untuk dirinya sendiri.

Jadi paus menentukan untuk membunuh tiga burung dengan satu batu: dapatkan jagoan lebih banyak pengalaman dalam pertempuran, sebarkan gunjingan perihal pencapaiannya, dan hancurkan plot elf sekaligus.

Akibatnya, Julius sang jagoan menjadi sungguh populer, dan dengan mendapatkan pengalaman dengan melawan organisasi jual beli manusia, ia menaikkan levelnya menjadi setara dengan jagoan sebelumnya.

Dan kemudian, sesudah memantau pertumbuhan sang jagoan dengan cara ini, Paus membuangnya tanpa berpikir dua kali di saat dihadapkan dengan faedah dari melakukannya.

“Kamu ingin saya mendeklarasikan Hugo Baint Renxandt selaku jagoan baru?”

"Tepat sekali. Yang orisinil yaitu Schlain Zagan Analeit.”

“Dan mengapa kita menyembunyikan itu?”

“Karena Hugo yaitu pion bagi White tercinta kita. Meskipun saya tidak berpikir beliau tahu itu. Memanggil manusia, kita sanggup sepenuhnya mengontrol jagoan resmi akan bikin semuanya lebih gampang bagi kita. ”

"Aku melihat. Apakah ini ada keterkaitannya dengan aktivitas mencurigakan yang dilaksanakan Potimas di Kerajaan Analeit?”

“Itu niscaya bisa. Jika kita ingin menghalau Potimas dari Kerajaan Analeit, kita mesti bikin dilema serius di sana apalagi dahulu. Dan kita memerlukan seluruh penduduk untuk percaya bahwa Hugo benar.”

“Jadi, Kamu sudah menyimpulkan bahwa cara tercepat dan paling efektif untuk membangun keyakinan itu yaitu dengan

menyatakan Pangeran Hugo selaku pahlawan, hmm?”

"Aku bahagia kau begitu cepat dalam menyerap."

“Tetapi jikalau kebohongan itu terungkap, agama Firman Tuhan akan kehilangan banyak kredibilitas. Bagaimana Kamu bertujuan untuk mengkompensasi itu? ”

“Membasmi para elf yaitu hasil yang cukup bagus, bukan begitu? Kami bermaksud memakai Hugo untuk itu juga, jadi gereja Kamu sanggup mengambil setengah kredit lantaran Kamu membantu. Jika ada yang tidak beres, klaim saja bahwa Hugo mencuci otakmu.”

Dia tidak akan ragu untuk menggandakan jagoan yang bantu-membantu jikalau itu menguntungkan tujuannya.

Atau menjerumuskan seluruh kerajaan ke dalam kesemrawutan jikalau itu mempunyai arti mengalahkan Potimas.

Di satu sisi, bisa dikatakan beliau mempunyai pengertian yang bagus perihal citra besarnya.

Di segi lain, itu menyerupai mesin yang mengerikan, menyaksikan kehidupan orang tidak lebih dari angka.

Jika mencampakkan satu orang akan menyelamatkan dua orang atau lebih, maka beliau akan mencampakkan orang itu tanpa ragu-ragu, bahkan jikalau itu yaitu pahlawannya.

Tentu saja, jikalau kegunaan jagoan melampaui orang-orang yang hendak diselamatkan, saya membayangkan beliau tidak akan membuangnya segera.

Tapi itu bukan lantaran beliau menimbang-nimbang individu—tidak, yang paling penting yaitu kesanggupan bidak catur yang disebut pahlawan.

Monster politik, mengesampingkan perasaan pribadi atau kebaikan manusia.

Bagi umat manusia, beliau yaitu raja, wali mutlak, sekutu.

Namun, beliau sendiri tidak mempunyai kemanusiaan dalam prinsipnya.

Lelucon sakit macam apa itu bahwa orang yang memimpin umat insan tidak mempunyai kemanusiaan sendiri?

Aku tidak dapat membungkus kepalaku di sekitarnya.

Jadi saya akhirnya melontarkan komentar.

"Kamu bilang kau ingin melindungi umat manusia, namun kau bersedia menawarkannya dengan mudah."

Dia menjawab:

"Jika satu-satunya cara untuk menyelamatkan banyak orang yaitu dengan membunuh sedikit, maka saya akan membunuh beberapa tanpa ragu-ragu."

Kemudian Nona Sophia mendengus.

“Sungguh pekerjaan yang luar biasa, membantai orang-orang yang semestinya beliau selamatkan.”

Dari apa yang saya diberitahu, kampung halaman Nona Sophia dihancurkan oleh sekte agama Firman Tuhan, dan Potimas mengambil laba dari kebingungan untuk membunuh orang tuanya.

Dapat dipahami bahwa beliau menyimpan kebencian terhadap Gereja.

Tetapi Paus menyikapi dengan hening tuduhan Sophia juga.

“Itulah tepatnya mengapa saya tidak akan membiarkan gunung-gunung pengorbanan mati sia-sia.”

Ide itu membuatku terdiam.

Bukan saja beliau tidak gembira dengan apa yang sudah beliau lakukan, namun kelihatannya beliau meminta maaf terhadap gunung janjkematian yang beliau ciptakan.

Tapi beliau masih menolak untuk berhenti.

Jika beliau melakukannya, beliau akan membiarkan semua janjkematian itu, pengorbanan itu, sia-sia.

Mungkin ini yaitu bentuk penebusan paus.

Sebuah penebusan tanpa akhir, jalan yang membawanya untuk menghimpun lebih banyak dosa yang perlu dijawab.

Namun, lanjutnya, mengenali tidak akan ada akhir, tidak ada pengampunan.

Seberapa keras pengalaman itu?

Itu membuatku bergidik.

Itu mungkin pertama kalinya saya menyadari betapa tidak dikenalnya Paus sebenarnya.

Aku belum menentukan bagaimana menjalani hidupku.

Aku terlahir selaku goblin, kemudian desa goblin wilayah saya dibesarkan dihancurkan, dan saya dipaksa melakukan pekerjaan untuk Buirimus, lelaki yang membantai desa aku.

Kemudian saya memperoleh skill Wrath, melarikan diri dari perbudakan Buirimus, dan sukses membalaskan dendam saudara-saudaraku yang gugur.

Tapi sesudah itu, saya setengah kehilangan nalar lantaran Wrath dan pergi berkeliling membunuh semua yang terlihat.

Fakta bahwa saya berjumpa Nona White dan yang yang lain dan menyegel Wrath untuk mendapatkan kembali nalar sehat saya bukanlah keajaiban.

Jika saya terus berkeliaran setengah gila, saya mungkin akan secepatnya kekurangan kekuatan dan mati di selokan.

Aku mujur masih hidup.

Berbeda dengan orang yang saya bunuh.

Karena saya mempunyai nasib baik untuk diselamatkan, saya pikir itu yaitu kiprah saya untuk terus hidup.

Dan jikalau saya akan terus hidup, saya ingin meraih sesuatu.

Tapi saya tidak tahu persis apa yang mesti saya lakukan.

Aku cuma mengikuti Miss Ariel, Miss White, dan yang lainnya.

Mereka menjajal melaksanakan sesuatu yang hebat dan menyelamatkan dunia, dan saya cuma ikut-ikutan saja.

Tanpa pernah menghadapi dosa-dosa yang saya lakukan.

Yang saya kerjakan hanyalah memandang takjub pada orang-orang yang tahu apa yang mereka harapkan dan kejar

itu tanpa ragu-ragu.

Tapi sebagian diriku mempertanyakannya.

Apakah seseorang tanpa tujuan menyerupai saya sungguh-sungguh mempunyai hak untuk bertarung di pihak mereka? Aku tidak dapat tidak mengkhawatirkannya.

Bisakah mengambil nyawa orang untuk kebaikan yang lebih besar sungguh-sungguh disebut keadilan? Aku percaya Nona Ariel dan Nona White sudah mengenali semuanya. Tapi saya tidak dapat meraih kesimpulan dengan mudah.

Dalam kehidupan usang aku, saya membenci apa pun yang saya pikir salah.

Aku sungguh terobsesi untuk menegaskan bahwa semua yang saya kerjakan yaitu benar.

Tetapi di saat saya dikendalikan oleh Wrath dan membunuh orang-orang yang tidak bersalah, itu terang salah.

Sejak dikala itu, saya kehilangan persepsi perihal bagaimana saya ingin hidup. Aku sudah menyimpang dari jalan kebenaran.

Aku tidak sanggup mendapatkan jalan gres untuk dibarengi dan cuma mengikuti punggung Nona Ariel dan Nona White, yang sanggup saya lihat di kejauhan.

Pada dikala itu, kata-kata Paus menyerupai suar cahaya.

Mengetahui bahwa apa yang Kamu kerjakan tidak benar, mengenali bahwa itu yaitu dosa, Kamu terus mendorong maju untuk kebaikan yang lebih besar.

Paus menampilkan kepadaku bahwa ini juga ialah salah satu cara untuk hidup. Aku percaya itu akan menjadi jalan yang menyakitkan dan menantang.

Tetapi pada dikala itu, saya menyadari bahwa itulah jalan yang mesti saya pilih untuk maju.

Menebus.

Kata yang bergema dari Taboo. Baiklah kalau begitu.

Aku akan menebus.

Aku akan menguatkan diri untuk melaksanakan lebih banyak dosa dan menebusnya juga. Untuk menebus janjkematian orang-orang tak bersalah yang saya bunuh.

Untuk menegaskan mereka tidak mati sia-sia. Tidak, bahkan itu melayani diri sendiri.

Menyebutnya penebusan dosa terlalu muluk-muluk.

Aku akan mengambil nyawa yang tak terhitung jumlahnya untuk argumentasi egois saya sendiri. Aku tidak akan meminta maaf.

Dan saya tidak akan menyaksikan ke belakang lagi.

Aku akan terus menyertakan tumpukan badan itu. Dan saya akan melayani kebaikan yang lebih besar.

Itulah satu-satunya cara saya bisa bergerak maju.

Jadi, saya memimpin Angkatan Darat Kedelapan dalam perang dan menegaskan pengorbanan yang tak terhitung jumlahnya di kedua sisi. Dan sekarang, saya memimpin pawai ke desa elf.

Tujuan kami yaitu untuk memusnahkan elf.

Untuk melaksanakan genosida terhadap seluruh ras. Aku percaya banyak nyawa yang hendak hilang.

"Pindah!"

Atas arahan Nona Ariel, saya mulai berjalan.

Maju, senantiasa maju.

Aku tidak akan berhenti lagi.







Sebelum | Home | Sesudah

Sumber https://luinovel.blogspot.com/