The Hidden Dungeon Only I Can Enter Bahasa Indonesia Chapter 3 Volume 6
Chapter 3 Mira Santage
Ore dake Irerukakushi DungeonPenerjemah :
Editor :
MIRA bersikeras agar saya menginformasikan ia di mana ia bisa mendapat sesuatu untuk dimakan. Sayangnya, semua kedai makanan sarat sesak, dan ia tidak mau mengantri, jadi kami berbelanja beberapa tusuk sate sapi di warung pinggir jalan. Salah satunya lebih dari cukup untuk membuatmu kenyang, namun Mira berbelanja sepuluh. Dia menggunakan uangnya sendiri, jadi saya tidak dapat mengeluh, namun mengapa ia memerlukan begitu banyak?
“Kau menyaksikan kemampuanku, bukan? Jangan terlalu khawatir.”
"Oh, Dimensi Sakumu."
Dia mengangguk dengan bangga. Dia mempunyai varian S-Grade dari skill tersebut. Itu mesti bisa memuat barang dalam jumlah besar. Itu juga mencegahnya memburuk dan bahkan menjaga suhunya—jika Kamu pribadi memasukkan masakan panas ke dalamnya, Kamu bisa menariknya keluar kapan saja dan itu akan tetap segar dan lezat.
Aku berbelanja tusuk sate, dan kemudian kami menuju taman dan menerima bangku.
"Apakah kau tiba ke sini dari negara lain?" Aku bertanya.
Pakaian Mira sungguh halus, yang membuatku berpikir bahwa keluarganya mesti kaya. Itu juga bukan jenis busana yang kau lihat di sekeliling sini.
"Kamu sanggup memberitahu? Aku dari lereng Kekaisaran Nakhod.”
“Apakah kau siswa pertukaran? Atau apakah Kamu di sini lantaran orang renta Kamu?
“Keluargaku menjalankan toko senjata, dan mereka ingin memperluas bisnis mereka ke kerajaanmu. Aku di sini bareng ayah aku, mencari lokasi yang bagus.”
"Apakah kau sudah menerima rumah?"
“Aku tidak bertujuan tinggal lama. Aku punya bisnis sendiri di sini, jadi saya ikut. Setelah selesai, saya akan pulang.”
Aku ingin tahu apakah jalan-jalan merupakan belahan dari planning itu. Juga, gadis ini sungguh-sungguh mempunyai nafsu makan. Pada di saat saya menyelesaikan satu tusuk sate, ia sudah menenggak tiga—mengeluarkannya dari Dimensi Sakunya, satu demi satu, dan dengan gembira memasukkannya ke dalam mulutnya. Jika ini merupakan satu-satunya segi dirinya yang saya lihat, saya akan berpikir bahwa ia hanyalah seorang gadis cukup umur biasa.
"Kamu seorang bangsawan, Noir?"
“Bagaimana kau tahu? Meskipun saya percaya orang akan tertawa mendengar saya menyebut diriku menyerupai itu. Aku cuma putra seorang baronet.”
“Apakah saya terlihat menyerupai seseorang yang mau menertawakanmu, sobat? Seorang ningrat merupakan seorang ningrat sejauh yang saya ketahui; sebut dirimu apa yang kau suka.”
Apa yang saya kerjakan untuk mendapat kuliah itu?
"Ngomong-ngomong, kau tidak akan mengenal biro real estat yang baik, kan, Noir?" ia bertanya.
“Sebenarnya, sahabatku memperkenalkanku dengan satu baru-baru ini.”
“Ooh, kau punya sahabat?! Beruntungnya kamu."
Itu belahan yang ia lompati? Bagaimana dengan biro real estat yang gres saja ia tanyakan?
Mata Mira berbinar di saat ia membombardirku dengan pertanyaan wacana Emma. Sepertinya ia mengharapkan seseorang menyerupai itu dalam hidupnya sendiri. Aku kira itu tidak biasa. Banyak orang yang iri dengan hubunganku dengan Emma. Anak lelaki lain lazimnya menyebutkan betapa lucunya Emma dan betapa cemburu mereka, namun kami sudah bareng sejak kami masih kecil. Aku senantiasa menilai kekerabatan kami begitu saja. Saat-saat menyerupai ini membuatku lebih menghargainya.
"Benar," kata Mira, begitu ia puas. "Jadi, Kamu menyebutkan bahwa Kamu mengenal biro yang baik?"
"Bukankah itu inti dari percakapan ini?" Aku bertanya.
“Aha! Itu sedikit kebiasaan jelek aku. Ketika sesuatu menawan perhatian aku, saya tidak dapat menahan diri.” Mira menjangkau bahuku dan tersenyum dengan senyum yang manis. “Aku ingin kau memperkenalkanku. Kita berteman sekarang, kan, sobat?”
“Mau tidak mau, saya merasa ini merupakan persahabatan yang nyaman…”
“Tentu saja tidak! Baiklah, bagaimana dengan ini? Jika Kamu memperkenalkan saya ..." Mira menarik-narik bajunya dan terlihat malu-malu.
T-tidak mungkin, apa ia akan membiarkanku menjamah dadanya? Atau biarkan saya melihat?
"Aku akan membiarkanmu menjamah kuncirku."
Aku nyaris jatuh dari kawasan dudukku.
“Reaksi macam apa itu?” ia bertanya. “Kunci rambutku bukan gaya rambut rata-ratamu, saya ingin kau tahu. Ayo, berdiri di belakangku dan tangkap mereka.”
Aku tidak begitu mengetahui apa yang sedang terjadi, namun saya bangun dari bangku, berlangsung di belakangnya, dan melingkarkan tanganku di kuncirnya.
“Aku akan menginformasikan Kamu suatu rahasia kecil: Ini merupakan inti aku. Mereka merupakan sumber rahasia kekuatanku. Makara sekarang... kau bisa melaksanakan apa saja padaku. Mengapa Kamu tidak menjajal menawan yang benar?”
"Baik…"
Aku bermain-main dengan omong kosongnya dan menawan kuncir kanannya dengan lembut.
“Ya Tuhan, Tuan Noooooir, Kamu luar biasa, dan seksi, dan gagah! Pria paling mempunyai pengaruh di dunia. Kebaikanmu menyembunyikan kekuatan besar!”
“A-apa yang…”
"Itu membuatku mengungkapkan pikiranku," kata Mira, terlihat nakal. "Mengapa kau tidak menjajal yang kiri?"
Aku tahu ia sedang mempermainkanku, namun saya penasaran. Aku menampilkan kuncir kirinya sedikit tarikan juga.
“Aaah! Tidak ada! Aku akan sungguh-sungguh kehilangan akal! Noir, kau cabul!”
“A-apa?!”
“Ah ha ha ha! Jika ada yang kehilangan logika sehat, itu kamu, Noir. Bukankah itu lucu?”
Aku memelototi Mira. Sepertinya ia melihatku tidak lebih dari mainan yang lucu.
"Yah, saya mesti pulang," kataku. “Semoga sukses menerima agen.”
"Oh ayolah. Aku minta maaf. Aku sungguh-sungguh bisa menggunakan pengirim itu. ”
"Bagus. Tapi saya punya undangan sendiri: Jika Kamu mempunyai item terpesona yang tidak Kamu butuhkan, maukah Kamu menjualnya kepadaku dengan harga murah?”
Bagaimanapun juga, keluarganya menjalankan toko senjata, jadi ia mungkin tahu lebih banyak wacana barang-barang sihir dibandingkan dengan orang normal. Aku bahkan bisa mengonversi item dan senjata normal. Selama ada cukup banyak, dan harganya murah, itu akan bermanfaat.
“Tentu saja, sobat. Aku percaya Kamu bisa menebak mengapa ayah saya ingin menjinjing aku.”
Aku tidak memedulikan ayahnya, namun sepertinya sudah jelas, kini saya memikirkannya.
“Oh, benar, Dimensi Sakumu.”
"Bingo! Aku menolong transportasi. Dan aku, tentu saja, mendapat kompensasi yang sungguh baik.”
Aku kira itu sebabnya ia bisa berbelanja semua tusuk sate itu tanpa berpikir dua kali.
Mira menunjuk ke suatu penginapan di luar taman. “Di situlah saya tinggal. Mampirlah sehabis Kamu mengatakan dengan biro itu untuk aku, oke? ”
"Aku akan tiba dalam beberapa hari ke depan."
“Kau penyelamat! Sampai jumpa lagi, Noir!”
Mira memberiku lambaian yang lucu dan pergi. Aku mempunyai perasaan campur aduk wacana konferensi itu. Di satu sisi, saya bahagia mendapat kawan dekat baru, namun di segi lain, ada yang terasa aneh. Tapi apa itu…?
Anehnya, saya juga mendapat 100 LP lagi. Mengapa itu? Mungkinkah itu terjadi di saat saya menawan kuncir kirinya?
***
Aku keluar dari taman sehabis itu. Aku sungguh-sungguh hanyut dalam arus peristiwa, dan terlintas dalam pikiranku bahwa saya semestinya berjumpa Luna. Aku mengajukan pertanyaan terhadap Sage Agung di mana menemukannya.
<Dia berada 389 yard ke arah barat laut.>
Lebih akrab dari yang saya harapkan. Sepertinya ia juga tidak berada di jalan utama, jadi itu akan menjadikannya lebih gampang ditemukan. Aku bergegas ke arah itu hingga saya menyaksikan seorang perempuan dengan sosok pembunuh. Situasi menyerupai ini membuatku bahagia lantaran Luna sungguh menonjol. Dia gres saja selesai berbelanja dan keluar dari toko.
"Maaf saya terlambat," kataku.
“Tuan Noir, Kamu datang. Aku bekerjsama gres saja akan menuju ke aula guild.”
“Kau ingin mengatakan denganku?”
"Ya. Mengapa kita tidak berbincang-bincang sambil makan malam? Aku menerima kedai makanan yang tidak biasa baru-baru ini. ”
“Ooh, itu sempurna! Mari kita pergi."
Aku bisa mendapat beberapa LP dengan masakan enak dan tidak biasa. Mungkin akan sedikit mahal, namun di saat potensi menyerupai ini timbul dengan sendirinya, saya dengan bahagia hati mengambilnya.
Kami menuju ke restoran. Itu memang terlihat mewah. Semua meja merupakan bilik, menampilkan privasi terhadap pelanggan. Luna dan saya duduk berhadapan di saat server kami membacakan menu.
Jika Kamu mencari kelezatan, saya akan mengusulkan Mie Cabai yang Menyenangkan.
Aku sungguh bahagia cuma mendengar wacana mereka! Rupanya, santapan itu mempunyai cabe biru kering di dalamnya, antara lain. Server tidak akan menginformasikan saya apa artinya "antara lain". Menakutkan.
"Ini sungguh pedas dan memicu cegukan yang aneh, namun itu sungguh-sungguh agung."
"Aku akan mencobanya," kataku. “Bagaimana denganmu, Lun?”
“Aku, uh… Aku lebih senang tidak selsai dengan kasus cegukan yang aneh.”
"Betulkah?" kata pramusaji itu. “Refleks berkeringat dan stimulasi organ dalam Kamu mempercantik kulit. Ini sungguh terkenal di kelompok wanita.”
“Baiklah, saya akan mengambilnya kalau begitu.”
Ternyata, Luna juga mencemaskan penampilannya. Tidak cuma ia cantik, namun ia setengah elf. Dia mungkin bercita-cita untuk menjaga kecantikannya selama mungkin.
Saat kami menanti masakan kami, ia jadinya menginformasikan saya apa yang ingin ia bicarakan. "Tuan Noir, Lola menyampaikan kepadaku bahwa Kamu sedang mencari objek dengan skill penglihatan item terpesona."
"Ya, saya bisa membuatnya, namun itu akan mahal."
“Kadang-kadang, para ningrat tiba ke kuil untuk menemuiku. Salah satu dari mereka menghimpun barang-barang, dan rupanya, ia mempunyai benda menyerupai itu.”
"Betulkah?! Apa menurutmu ia akan menjualnya?”
“Aku tidak tahu, namun saya mendapat izin untuk mendatangi rumahnya. Kenapa kau tidak ikut denganku besok?”
"Ya silahkan! Jika saya bisa mendapat item menyerupai itu, saya bisa mendapat satu ton LP.”
Luna mengangguk. Dia mempunyai beberapa koneksi yang hebat lewat kuil. Bahkan sebelum saya berjumpa dengannya, ia sudah menyelamatkan banyak orang dengan skill Lift Curse miliknya. Aku percaya banyak orang kesengsem dengan kepribadiannya yang tidak mementingkan diri sendiri.
Dengan waktu yang sungguh-sungguh sempurna, masakan kami tiba.
“Eh…”
“W-wow…”
Kami berdua tersentak ngeri dari mie putih, ditumpuk tinggi dengan rempah-rempah merah dan hijau. Tidak ada sup. Rupanya, makan mie biasa yang diaduk dengan bumbu yang sungguh pedas memang sedang trend. Dan itu merupakan apa yang kami pesan, jadi tidak ada jalan untuk kembali sekarang. Kami menelan ludah, kemudian pribadi menekuni ke dunia rempah-rempah ekstrem.
Panas yang cakap meledak di mulutku. Keringat mengucur dari kulit kepala aku, mengalir di alis dan punggung aku.
"Kamu tahu…"
“Perasaannya sungguh-sungguh enak.”
Dampak mulanya sungguh kuat, namun tidak bertahan lama. Biasanya, masakan pedas bertahan di pengecap Kamu untuk sementara waktu, namun ini tidak terjadi. Dan itu sungguh sesuai dengan mie dingin. Kami sungguh-sungguh lupa apa yang kami bicarakan, dan sebelum kami menyadarinya, kami berdua membersihkan mangkuk kami.
“Itu jauh lebih baik dari yang saya harapkan. Aku mengetahui mengapa itu populer.”
Itu tidak terlampau gila pada akhirnya, namun saya masih mendapat 600 LP.
“Tuan Noir, mungkin kita mesti mendapat g—hic! Acho!”
Nada hening Luna yang biasa terusik oleh bersin. Sepertinya sesuatu sudah terjadi padanya.
“Tunggu, apa yang gres saja kau—hic! Acho!” Aku cegukan dan kemudian bersin dengan urutan yang sungguh halus.
“Oh, tidak—hik! Acho!”
“Hiks! Acho! K-kau bisa menyampaikan itu lagi—hic! Acho!”
Mereka tiba dengan cepat. Itu agak berantakan. Mereka sepertinya tiba lebih sering di saat kami menjajal untuk berbicara, jadi kami rahasia menyelesaikan tagihan dan pergi. Kami mengucapkan selamat tinggal pada cegukan, bersin, dan berpisah. Untungnya, itu sudah selsai pada di saat aku
sampai di rumah. Jika terus tersadar sepanjang malam, saya pikir saya akan menangis.
Aku membuka pintu depan dan menginformasikan bahwa saya ada di rumah, namun tidak ada yang datang. Sesuatu sedang terjadi di ruang tamu. Aku bisa mendengar gelombang suara. Ketika saya masuk, siapa pun bersemangat. Mengapa? Yah, ada banyak duit di atas meja. Ayahku kehilangan logika sehatnya.
"Nyonya Olivia, maukah Kamu membuatkan sedikit dengan kami?"
“Oh, saya tidak tahu ! Berputar sekitar lima kali dan menggonggong menyerupai anjing dan kita akan lihat nanti.”
"Pakan! Pakan! Pakan!"
Ayah saya tidak punya sedikit pun sanjungan di saat ada duit yang dipertaruhkan. Jujur, saya sedikit lega. Ini intinya merupakan bisnis menyerupai biasa. Jika ia melaksanakan hal lain, saya akan ketakutan ia demam atau semacamnya. Jujur, saya sendiri terpesona dengan panorama itu.
Alice bergegas ke arahku. “Saudaraku tersayang, lihat apa yang dijalankan Nona Olivia! Dia meletakkannya di atas meja sekaligus.”
Olivia mungkin juga mempunyai Dimensi Saku.
"Tuan, bagaimana Kamu mendapat duit ini?"
“Kenapa, Nur? Apakah Kamu mencurigai tuan Kamu? Sangat buruk! Aku mendapat ini adil dan jujur. ”
“Aku ingin mendengar caranya, secara detail.”
Aku mendengarnya keluar. Olivia tidak senang bergantung pada barang-barang, utamanya di Dimensi Sakunya, lantaran ia senantiasa lupa bahwa ia memilikinya. Tapi ia menyimpan beberapa item sihir yang mempunyai pengaruh di sana. Dia sudah mengingat salah satunya, mengujinya, dan jadinya menentukan bahwa ia tidak membutuhkannya. Dia berpikir bahwa mempunyai duit itu lebih masuk akal, apa relevansinya dengan rumah dan segalanya. Seorang pedagang toko senjata menawarinya tiga ratus ribu rel—hampir tidak seimbang dengan nilai sebenarnya. Aku berpendapat ia akan membentak lelaki itu, namun ternyata, ia mundur.
"Kupikir kepalaku akan meledak, namun kemudian lelaki renta yang bagus ini menawariku semua ini."
Pemilik toko mungkin tidak menyadari nilai barang itu, namun salah satu pelanggannya
pasti punya.
“Dia juga sungguh tampan, jadi saya mesti memberinya potongan harga khusus. Aku membiarkannya pergi selama tiga ratus juta. ”
“Itu diskon…? Apa bekerjsama yang kau jual?”
“Hanya tombak antardimensi ini. Kedengarannya mewah, namun itu tidak terlampau kuat. Aku berpikir untuk memberikannya terhadap Kamu, namun saya menentukan duit itu lebih berguna. ”
“Kau tahu, saya akan membelikan rumah itu untukmu…”
“Oh, ayolah, mentor macam apa saya kalau saya membiarkan murid bintang saya mengeluarkan duit untuk sesuatu menyerupai itu? Bahkan Tigerson akan menggodaku!”
<Memang, saya akan melakukannya.>
Tigerson mengangguk dengan tegas. Aku menghargai perhatiannya, namun ekspresi gagahnya hancur di saat Olivia mulai mengotak-atik bunga di kepalanya.
Semoga berhasil, Tigerson.
"Saudaraku tersayang, kau mesti mengambil duit yang kau sisihkan untuk harta Olivia dan membelanjakannya untuk dirimu sendiri."
“Terima kasih, Alice, kurasa saya mungkin akan berbelanja senjata gres atau semacamnya.”
“Noir, jangan lupakan keluargamu,” kata Ayah sambil mengedipkan mata.
Aku bahkan tidak dapat menatapnya. Jika saya memberinya sejumlah besar uang, ia cuma akan melaksanakan sesuatu yang terbelakang dengan itu.
“Sayang, apakah kau sungguh-sungguh akan melepaskan anakmu? Apakah kau parasit?"
Ibuku mencubit perut ayahku yang lembek. Erangannya berpadu dengan erangan Tigerson dalam harmoni khas yang bergema di seluruh rumah.
Tidak pernah ada hari yang hening di perkebunan Stardia.
Sebelum | Home | Sesudah
Sumber https://luinovel.blogspot.com/