Apakah kaum Mujassimah kafir?
Para ulama Ahlussunnah wal Jamaโah sepakat berpendapat sesat kaum Mujassimah (yang mengiโtiqad Allah bersifat dengan sifat benda), namun dalam hal mengkafirkannya, mereka berbeda pendapat. Berikut ini keterangan para ulama mengenai status hukum kaum Mujassimah :
1. Al-Syarbaini mengatakan :
ุชูููุจูููู: ุงูุฎูุชููููู ููู ููููุฑู ุงููู
ูุฌูุณููู
ูุฉู. ููุงูู ููู ุงููู
ูููู
ููุงุชู: ุงููู
ูุดููููุฑู ุนูุฏูู
ู ููููุฑูููู
ูุ ููุฌูุฒูู
ู ููู ุดูุฑูุญู ุงููู
ูููุฐููุจู ููู ุตูููุฉู ุงููุฃูุฆูู
ููุฉู ุจูููููุฑูููู
ู. ููุงูู ุงูุฒููุฑูููุดูููู ููู ุฎูุงุฏูู
ููู: ููุนูุจูุงุฑูุฉู ุดูุฑูุญู ุงููู
ูููุฐููุจู ู
ููู ุฌูุณููู
ู ุชูุฌูุณููู
ูุง ุตูุฑููุญูุงุ ููููุฃูููููู ุงุญูุชูุฑูุฒู ุจููููููููู ุตูุฑููุญูุง ุนูู
ูููู ููุซูุจูุชู ุงููุฌูููุฉู ููุฅูููููู ููุง ููููููุฑู ููู
ูุง ููุงูููู ุงููุบูุฒูุงูููููุ ููููุงูู ุงูุดููููุฎู ุนูุฒูู ุงูุฏููููู: ุฅููููู ุงููุฃูุตูุญููุ ููููุงูู ููู ููููุงุนูุฏููู: ุฅููู ุงููุฃูุดูุนูุฑูููู ุฑูุฌูุนู ุนูููุฏู ู
ูููุชููู ุนููู ุชููููููุฑู ุฃููููู ุงููููุจูููุฉูุ ููุฃูููู ุงููุฌููููู ุจูุงูุตููููุงุชู ููููุณู ุฌูููููุง ุจูุงููู
ูููุตููููุงุชู ุงูู. ููุฃูููููู ููุตูู ุงูุดููุงููุนูููู ุจูุชููููููุฑู ุงููููุงุฆููู ุจูุฎููููู ุงููููุฑูุขูู ุจูุฃูููู ุงููู
ูุฑูุงุฏู ููููุฑูุงูู ุงููููุนูู
ูุฉู ููุง ุงููุฅูุฎูุฑูุงุฌู ุนููู ุงููู
ููููุฉูุ ููุงูููู ุงููุจูููููููููู ููุบูููุฑููู ู
ููู ุงููู
ูุญูููููููููุ ููุฅูุฌูู
ูุงุนู ุงูุณูููููู ููุงููุฎููููู ุนูููู ุงูุตููููุงุฉู ุฎููููู ุงููู
ูุนูุชูุฒูููุฉู ููู
ูููุงููุญูุชูููู
ู ููู
ูููุงุฑูุซูุชูููู
ู.
Catatan : Telah terjadi khilaf ulama dalam pengkafiran kaum Mujassimah, pengarang al-Muhimmaat mengatakan, yang masyhur mereka tidak kafir. Namun dalam Syarah al-Muhazzab dalam bab sifat imam telah menjazamkan mereka itu kafir. Al-Zarkasyi dalam kitab al-Khadim mengatakan, Ibarat Syarah al-Muhazzab : โBarang siapa yang mengiโtiqad jisim (benda) secara sharihโ. Ini seolah-olah pengarangnya ingin mengeluarkan dengan kata beliau : โsharihโ orang yang mengitsbatkan arah, mereka ini tidak kafir sebagaimana penjelasan al-Ghazali. Syekh โIzzuddin mengatakan, Ini pendapat yang lebih shahih. Dalam qawaid beliau, Syekh โIzzuddin mengatakan, sesungguhnya al-Asyโari telah rujuk dari pendapatnya mengkafirkan ahli qiblat ketika mendekati wafatnya, karena ketidaktahuan sifat bukanlah ketidaktahuan maushuf (yang disifati), Sekian. Adapun nash imam Syafiโi mengkafirkan orang yang mengatakan al-Qurโan adalah makhluq ditakwil dengan memaknainya sebagai kufur nikmat, bukan keluar dari agama. Ini telah disebut oleh al-Baihaqi dan ulama muhaqqiqin lainnya, karena ijmak salaf dan khalaf melakukan shalat dibelakang Muโtazilah serta menikah dengan mereka dan saling mewarisi.[1]
2. Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan :
ููุฃูู ุงููู
ููููููู ุงููู
ูุนูุชูู
ุฏ ุนูุฏููุง ุนุฏู
ููููุฑ ุงูุฌูููุฉ ูุงูู
ุฌุณู
ุฉ ุฅููููุง ุฅูู ุงุนุชูุฏูุง ุงููุญูุฏููุซ ุฃูู ู
ูุง ูุณุชูุฒู
ูุ ููููุง ูุธุฑ ุฅูููู ููุงุฒู
ู
ูุฐูููุจูู
ููุฃูู ุงููุฃูุตูุญ ููู ุงููุฃูุตููู ุฃูู ููุงุฒู
ุงููู
ูุฐูููุจ ููููุณู ุจูู
ุฐูุจุ ูุฌูููุงุฒ ุฃูู ูุนูุชููุฏ ุงููู
ูููุฒููู
ุฏูู ุงููููุงุฒูู
ุ ูู
ูู ุซู
ูู ููููููุง: ููู ุตุฑุญ ุจุงุนุชูุงุฏ ููุงุฒู
ุงูุฌุณู
ูุฉ ููุงูู ููุงููุฑูุงุ ููููุงูู ุงููุฃูุฐูุฑูุนููู ููุบููุฑู: ุงููู
ูุดููููุฑ ุนุฏู
ุชููููููุฑ ุงูู
ุฌุณู
ุฉุ ููุฅูู ููุงูููุง ุฌุณู
ูุงูุฃุฌุณุงู
ุฃูู ูุฃูููู
ู
ูุนู ุฐูููู ูุฏ ููุง ููุนูุชูููุฏูููู ููููุงุฒูู
ุงููุฃูุฌูุณูุงู
.
Karena sesungguhnya yang kutipan yang muโtamad di sisi kita (Syafiโiyah) tidak kafir al-Jahwiyah (yang mengiโtiqad Allah mempunyai arah) dan kaum Mujassimah kecuali mereka mengiโtiqad baharu Allah dan sifat yang lazim dari baharu. Tidak ditinjau kepada lazim mazhab mereka, karena menurut pendapat yang lebih shahih dalam ushul, sesungguhnya lazim mazhab bukan mazhab, karena boleh jadi seseorang mengiโtiqad malzum, akan tetapi tidak mengiโtiqad lazim. Al-Azraโi dan lainnya mengatakan : Yang masyhur tidak kafir kaum Mujassimah, meskipun mereka mengatakan Allah benda seperti benda-benda. Karena mereka dengan itu tidak mengiโtiqad lazim benda.[2]
3. Al-Bujairumi mengatakan :
ููุฐูููุฑู ุญูุฌู ููู ููุชูุงููููู ุงููุญูุฏููุซููููุฉู ููููููุง ุนููู ุงููุฃูุฐูุฑูุนูููู ููุบูููุฑููู ุฃูููู ุงููู
ูุดููููุฑู ุนูุฏูู
ู ุชููููููุฑู ุงููู
ูุฌูุณููู
ูุฉู ููุฅููู ููุงูููุง ูููู ุฌูุณูู
ู ููุงููุฃูุฌูุณูุงู
ู ููุฃููููููู
ู ู
ูุนู ุฐููููู ููุฏู ููุง ููุนูุชูููุฏูููู ููููุงุฒูู
ู ุงููุฃูุฌูุณูุงู
ู
Dalam Fatawa al-Haditsiyyah, Ibnu Hajar al-Haitamy telah menyebut kutipan dari al-Azraโi dan lainnya : Yang masyhur tidak kafir kaum Mujassimah, meskipun mereka mengatakan Allah benda seperti benda-benda. Karena mereka dengan itu tidak mengiโtiqad lazim benda.[3]
4. Dalam al-Asybah wan-Nadhair, al-Suyuthi mengatakan :
ููุงูู ุงูุดููุงููุนูููู: ููุง ูููููููุฑู ุฃูุญูุฏู ู
ููู ุฃููููู ุงููููุจูููุฉูุ ููุงุณูุชูุซููููู ู
ููู ุฐููููู: ุงููู
ูุฌูุณููู
ูุ ููู
ูููููุฑู ุนูููู
ู ุงููุฌูุฒูุฆููููุงุชู. ููููุงูู ุจูุนูุถูููู
ู: ุงููู
ูุจูุชูุฏูุนูุฉู ุฃูููุณูุงู
ู: ุงููุฃูููููู: ู
ูุง ูููููููุฑููู ููุทูุนูุงุ ููููุงุฐููู ุนูุงุฆูุดูุฉู ุฑูุถููู ุงูููููู ุนูููููุง ููู
ูููููุฑู ุนูููู
ู ุงููุฌูุฒูุฆููููุงุชูุ ููุญูุดูุฑู ุงููุฃูุฌูุณูุงุฏูุ ููุงููู
ูุฌูุณููู
ูุฉูุ ููุงููููุงุฆููู ุจูููุฏูู
ู ุงููุนูุงููู
ู.
Al-Syafiโi mengatakan, tidak dikafirkan seseorang dari ahli qiblat. Dikecualikan dari itu kaum Mujassimah dan kaum yang mengingkari Allah mengetahui sesuatu secara terinci. Sebagian ulama mengatakan, ahli bidโah terbagi kepada beberapa bagian, pertama yang kita kafirkan secara qathโi seperti penuduh berzina terhadap Aisyah r.a., kaum yang mengingkari Allah mengetahui hal sesuatu secara terinci, yang mengingkari kebangkitan tubuh pada hari qiamat, kaum Mujassimah dan yang mengatakan alam qadim.[4]
5. Syekh Sulaiman al-Jamal mengatakan :
(ูููู ุงูุถุง ุงูุง ููุญู ุจุฏุนุฉ ุงู
ุงู
ู ) ุงูุชู ูุง ูููุฑ ุจูุง ูุงูู
ุฌุณู
ุฉ ุนูู ุงูู
ุนุชู
ุฏ
(Perkataan pengarang : juga kecuali mengikuti seumpama bidโah imamnya) yang tidak kafir dengan sebab bidโahnya itu seperti kaum Mujassimah berdasarkan pendapat muโtamad.[5]
Catatan :
Berdasarkan keterangan di atas, apabila ada nash ulama yang mengatakan ijmak atau sepakat ulama mengkafirkan kaum Mujassimah, maka menurut hemat kami, itu harus dipahami dengan beberapa kemungkinan, antara lain :
a. Juga terjadi khilaf ulama dalam mendakwakan ijmak atas pengkafiran kaum Mujassimah
b. Diposisikan nash tersebut dengan makna khusus sebagaimana sudah dijelaskan dalam kutipan-kutipan ulama di atas.
c. Seandainya kesimpulan kami ini salah, mohon dikoreksi.
[1] Al-Syarbaini, Mughni al-Muhtaj, Darul Maโrifah, Beirut, Juz. IV, Hal. 174-175
[2] Ibnu Hajar al-Haitamy, al-Fatawa al-Haditsiyyah, Darul Fikri, Beirut, Hal. 108
[3] Al-Bujairumi, Hasyiah al-Bujairumi โala al-Iqnaโ, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. II, Hal. 326
[4] Al-Suyuthi, al-Asybah wan-Nadhair, al-Haramain, Singapura, Hal. 273
[5] Syekh Sulaiman al-Jamal, Hasyiah al-Jaml โala Syarah al-Manhaj, Dar Ihya al-Turatsi al-Arabi, Juz. I, Hal. 505