Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gerakan Oposisi Terhadap Bani Umayyah, Lengkap!

 menyerupai yang kita ketahui bersama bahwa Syi Gerakan Oposisi Terhadap Bani Umayyah, Lengkap!
http://sejarahislamarab.blogspot.com
- Gerakan Oposisi Terhadap Bani Umayyah - Pada akhir-akhir masa jatuhnya Bani Umayyah, telah muncul gerakan-gerakan penentang terhadap dinasti ini, sehingga memperkeruh kondisi dinasti(kerajaan) ini pada ketika itu. Di antaranya yaitu gerakan-gerakan yang digencarkan oleh kelompok-kelompok sebagai berikut :
a.       Kelompok Syi’ah, menyerupai yang kita ketahui bersama bahwa Syi’ah yaitu orang-orang yang yang mendukung Sayidina Ali(pengikut Sayidina Ali). Mereka menganggap Dinasti Umayah ini perebut kekuasaan dari keturunan Sayidina Ali. Pengabdian dan ketaatan mereka yang ikhlas terhadap keturunan Nabi berhasil menarik simpati publik. Mereka menerima santunan dari orang-orang disekelilingnya yang tidak puas terhadap pemerintahan Dinasti Umayyah, baik dari sisi politik, ekonomi, maupun sosial.
b.      Kelompok Sunni, Di kelompok Sunni, sekalipun orang yang paling Saleh di antara mereka, mengecam adat para Khalifah lantaran mereka mementingkan kehidupan duniawi, serta mengabaikan aturan Al-Qur’an dan Hadith, di mana-mana mereka telah siaga penuh untuk menjatuhkan hukuman keagamaan terhadap segala bentuk penentangan yang mungkin muncul.
c.       Keluarga ‘Abbas, para keturunan Paman Nabi, al-‘Abbas ibn ‘Abd al-Muththalib ibn Hasyim, mulai menegaskan tuntutan mereka untuk menduduki pemerintahan.

Gerakan Oposisi Terhadap Bani Umayyah yang lain

Di samping ada gerakan-gerakan yang menentang terhadap Dinasti Umayah ini, ada faktor utama yang melatar belakangi runtuhnya Dinasti ini. Faktor itu yaitu munculnya perpecahan antara suku, etnis, dan kelompok politik yang tumbuh semakin kuat, sehigga terjadi gejolak politik dan kekacauan yang menganggustabilitas negara.
Ketika kita melihat ke belakang, bergotong-royong para khalifah pada masa selesai periode Umayyah lebih merupakan pemimpin kelompok tertentu, bukan pemegang kedaulatan atas sebuah kerajaan yang utuh. Hal ini sanggup dilihat dari putranya Mu’awiyah sebagai penerus menjadi khalifah, Yazid, yang telah lahir dari seorang Ibu yang berasal dari suku Kalb Yaman, yang berjulukan Maysun, menikah dengan seorang perempuan suku Kalb. Suku Qays yang merasa iri tidak mau mengakui penerusnya, Muawiyah II, dan mengangkat baru, Ibn Zubayr. Kemenangan suku Kalb yang memilih atas suku Qays di Marja Rahit (684) berhasil mengamankan kekuasaan Marwan, bapak keluarga Marwan dalam Dinasti Umayyah. Di bawah kepemimpinan al-Walid I, kekuasaan suku Qays mencapai puncak kejayaannya pada masa al-Hajjaj dan saudara sepupunya, Muhammad, penakluk India, dan pada masa Qutaybah, penakluk Asia Tengah. Saudara al-Walid, Sulayman, memberi santunan kepada orang Yaman. Namun Yazid II, lantaran imbas Ibunya yang berasal dari keluarga Mudhar, mendukung orang Qays, menyerupai halnya al-Walid II; Yazid III mengandalkan pasukan Yaman untuk merebut kekuasaan dari tangan pendahulunya, al-Walid II.
Menurut analisis penulis, bahwa pada masa menjelang runtuhnya Dinasti Umayyah ini sudah terjadi perebutan kekuasaan, siapa yang besar lengan berkuasa dan mempunyai imbas yang luas dihadapan rakyat maka itulah yang berpotensi menjadi khalifah. Jiwa persaudaraan dan persatuan pada ketika itu sudah meluntur dibandingkan semangat para khalifah dan gubernur sebelum-belumnya. Inilah sekilas citra politik Dinasti Bani Umayyah pada ketika itu.
Faktor lain yang memicu runtuhnya Dinasti Umayyah ini adanya rasa kekecewaan dari orang Islam non Arab, lantaran mereka merasa dianak tirikan oleh penguasa. Mereka tidak memperoleh kesetaraan ekonomi dan sosial yang sama dengan orang Islam Arab, secara umum mereka diposisikan sebagai kalangan mawla(mantan budak), dan tidak selalu bebas dari kewajiban membayar pajak kepala yang biasa dikenakan terhadap nonmuslim. Hal lain yang semakin menegaskan kekecewaan mereka yaitu kesadaran bahwa mereka mempunyai budaya yang lebih tinggi dan lebih tua, kenyataan ini bahkan diakui oleh orang Arab sendiri.
Adanya koalisi antara kekuatan Syiah, Khurasan, dan Abbasiyah, yang dimanfaatkan kelompok Abbasiyah untuk kepentingan mereka sendiri merupakan gejala semakin dekatnya jatuhnya Dinasti Umayyah. Koalisi ini dipimpin oleh Abu al-Abbas, cicit al-Abbas, paman Nabi. Di bawah kepemimpinannya, Islam revolusionar bangun menentang tatanan yang ada dengan mengatakan gagasan teokrasi, dan akad untuk kembali kepada tatanan ortodoksi.Pemberontakan dimulai ketika seorang pendukung Abbasiyah, Abu Muslim, seorang budak Persia yang telah dimerdekakan, mengibarkan bendera hitam, yang pada awalnya merupakan warna bendera Muhammad, tapi sekarang menjadi lambang Abbasiyah.Peristiwa ini terjadi pada 9 Juni 747.
Di dalam rujukan yang berbeda, penyebab utama keruntuhan Dinasti Umayyah ini disebabkan dua faktor. Pertama, faktor intern, yaitu adanya persaingan dan kudeta di antara para keluarga khalifah. Kedua, faktor ekstern, yaitu adanya perselisihan dan perebutan imbas yang cenderung mengarah pada fanatisme golongan antara orang Arab Mudariyah di Utara dan Yamaniyah di Selatan. Begitu juga ketidaksenangan rakyat atas sikap para khalifah dan keluarganya, terutama empat khalifah terakhir (al Walid II, Yazid III, Ibrahim dan Marwan II) yang cenderung mengabaikan nasib rakyat. Apalagi kaum Syi’ah dan pendukung keluarga Nabi dan keturunan Ali mulai bangun menentang perlakuan Pemerintah yang selama ini menekan dan  menghinakan mereka.[1]
itulah warta tentang Gerakan Oposisi Terhadap Bani Umayyah yang sanggup saya sampaikan. baca juga akhir kekuasaan bani umayyah semoga bermanfaat..





[1] Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2007), 134.