Doa sebagai Obat Penyembuh Penyakit
Mungkinkan doa bisa menyembuhkan penyakit? Apakah cukup dengan hanya berdoa kepada Allah SWT, maka kesembuhan akan datang? Dari beberapa penelitian dan survei diketahui bahwa aktivitas berdoa dapat mengaktifkan sistem limbik otak yang mengatur kesadaran seseorang terhadap dirinya, termasuk terhadap waktu dan lingkungannya. Metabolisme tubuh secara menyeluruh ikut bergerak menuju keseimbangan, seterusnya menuju pada kesembuhan.
Dari pendalaman akan sumber-sumber psikoterapi, apa yang terucap dalam doa dapat mendatangkan ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa inilah yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit, terutama terhadap orang-orang yang meyakini bahwa doanya akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Sementara itu, proses psikologis yang terkandung di dalam doa juga turut menciptakan hubungan yang kuat antara hamba dengan Tuhannya. Proses tersebut bisa terwujud bila ada kejernihan hati dan pikiran seorang hamba ketika berdoa kepada Allah SWT. Selanjutnya hal itu akan merangsang syaraf-syaraf parasimpatis yang mengakibatkan ketenangan hati bagi yang berdoa. Semakin tinggi dan berkualitas doa yang dipanjatkan, juga terpenuhinya syarat-syaratnya, maka semakin mustajab doa, sehingga mengantarkan pada kesembuhan.
Banyak contoh kasus sembuhnya penyakit berkat doa dapat dilihat pada artikel berikutnya tentang: ’’Kisah-kisah Keajaiban Doa”.
Baca juga
Orang-orang yang doanya mustajab
Waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa
Kesimpulannya, doa sangatlah bermanfaat dalam proses penyembuhan penyakit. Aktivitas berdoa yang diikuti dengan penyerahan diri kepada Allah SWT, serta senantiasa bersyukur atas anugerah-Nya, akan menjadi siklus dalam proses penyembuhan penyakit. Dengan begitu, Insya Allah kesembuhan akan cepat terjadi.
Baca juga
Pengertian Syukur dan macamnya
Cara Bersyukur dengan hati, lisan dan perbuatan
Bacaan dan doa sujud syukur
Namun, keinginan sembuh berkat doa tetap kembali pada tekad dan keyakinan seseorang. Jika ia meyakini dengan rasa senang dan syukur, tentu Allah SWT tidak akan tinggal diam membiarkan hamba-Nya yang tengah membutuhkan pertolongan. Perasaan senang yang tersalur ke otak itu akan memicu rasa optimis, yang bisa menjadi upaya penyembuhan.
Berdoa dengan rasa bahagia dan yakin menggiring pada kenyataan terwujudnya doa itu. Manakala kita merasa bahagia dalam berdoa, secara psikologis jiwa akan merasa tenang dan dapat beraktivitas dengan percaya diri. Otak akan terasa segar sehingga bisa berpikir jernih. Hal inilah yang mengantarkan pada kenyaman fisik, lepas dari stres.
Baca juga Keyakinan adalah salah satu syarat terkabulnya doa
Jadi, keyakinan kepada Allah SWT sebagai penguasa atas segala sesuatu, juga penyembuh berbagai penyakit, turut membantu kesembuhan suatu penyakit. Keajaiban semacam ini hanya akan diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya yang terpilih, yakni yang meyakini sepenuh hati pada kekuatan-Nya Yang Maha Tinggi. Makanya, setiap hamba dianjurkan untuk ’’menghadirkan” Allah SWT ketika berdoa. Maksudnya, merasa seolah melihat Allah SWT saat berdoa, sehingga dapat bersungguh-sungguh dalam melafalkan bait-bait doa, serta meyakini bahwa Allah SWT pasti mendengar dan akan mengabulkannya.
Baca juga Wudhu dengan hati dan Menghadirkan Alllah dalam Sholat
Segala penyakit tidak akan menimpa seseorang, kecuali atas kehendak atau izin Allah SWT. Maka, Dia pula yang akan melenyapkan kembali penyakit tersebut, atau mencegahnya dari para hamba-Nya. Tidak ada tabib, benda, atau obat apa pun yang bisa menyembuhkan/melenyapkan penyakit, kecuali atas izin Allah SWT. Dengan kata lain, hanya Allah SWT yang menghendaki suatu obat menjadi manjur untuk kesembuhan hamba-Nya.
Pada dasarnya, semua penyakit bisa diatasi, kecuali jika takdir Allah SWT yang memang mengharuskan seseorang menemui kematian. Dengan demikian, obat hanyalah bersifat perantara. Hal ini dinyatakan di dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
Artinya: Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-Isra, 17: 82)
Juga firman Allah SWT:
Artinya: Katakanlah, ‘Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.’ (QS. Fushshilat, 41: 44)
Baca juga
Persiapkan diri sebelum kematian menjemput
Kematian dan balasan di alam kubur
Mengingat akan Kematian
Contoh yang dapat dijadikan pedoman bahwa segala penyakit adalah milik Allah SWT, tergambar dalam kisah Nabi Ayyub AS yang sempat ditimpa penyakit berat. Penyakit Nabi Ayyub AS yang dideritanya selama 18 tahun baru disembuhkan oleh Allah SWT setelah beliau berdoa untuk disembuhkan.
Artinya: Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: ’(Ya Tuhanhu), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang’ Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al-Anbiya, 21: 83-84)
Baca juga Maksud dan tujuan diturunkannya Al-Qur'an
Kisah Nabi Ayyub AS dapat menjadi pedoman bagi manusia biasa untuk senantiasa tidak melupakan Allah SWT, dan selalu mengandalkan doa dalam hidup mereka. Sebab, bahkan seseorang dengan derajat Nabi seperti Nabi Ayyub AS pun tetap bersandar kepada Allah SWT dengan mengadukan beban penyakit yang dideritanya dalam doa.
Sumber https://islamiwiki.blogspot.com/
Dari pendalaman akan sumber-sumber psikoterapi, apa yang terucap dalam doa dapat mendatangkan ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa inilah yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit, terutama terhadap orang-orang yang meyakini bahwa doanya akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Sementara itu, proses psikologis yang terkandung di dalam doa juga turut menciptakan hubungan yang kuat antara hamba dengan Tuhannya. Proses tersebut bisa terwujud bila ada kejernihan hati dan pikiran seorang hamba ketika berdoa kepada Allah SWT. Selanjutnya hal itu akan merangsang syaraf-syaraf parasimpatis yang mengakibatkan ketenangan hati bagi yang berdoa. Semakin tinggi dan berkualitas doa yang dipanjatkan, juga terpenuhinya syarat-syaratnya, maka semakin mustajab doa, sehingga mengantarkan pada kesembuhan.
Banyak contoh kasus sembuhnya penyakit berkat doa dapat dilihat pada artikel berikutnya tentang: ’’Kisah-kisah Keajaiban Doa”.
Baca juga
Orang-orang yang doanya mustajab
Waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa
Kesimpulannya, doa sangatlah bermanfaat dalam proses penyembuhan penyakit. Aktivitas berdoa yang diikuti dengan penyerahan diri kepada Allah SWT, serta senantiasa bersyukur atas anugerah-Nya, akan menjadi siklus dalam proses penyembuhan penyakit. Dengan begitu, Insya Allah kesembuhan akan cepat terjadi.
Baca juga
Pengertian Syukur dan macamnya
Cara Bersyukur dengan hati, lisan dan perbuatan
Bacaan dan doa sujud syukur
Namun, keinginan sembuh berkat doa tetap kembali pada tekad dan keyakinan seseorang. Jika ia meyakini dengan rasa senang dan syukur, tentu Allah SWT tidak akan tinggal diam membiarkan hamba-Nya yang tengah membutuhkan pertolongan. Perasaan senang yang tersalur ke otak itu akan memicu rasa optimis, yang bisa menjadi upaya penyembuhan.
Berdoa dengan rasa bahagia dan yakin menggiring pada kenyataan terwujudnya doa itu. Manakala kita merasa bahagia dalam berdoa, secara psikologis jiwa akan merasa tenang dan dapat beraktivitas dengan percaya diri. Otak akan terasa segar sehingga bisa berpikir jernih. Hal inilah yang mengantarkan pada kenyaman fisik, lepas dari stres.
Baca juga Keyakinan adalah salah satu syarat terkabulnya doa
Jadi, keyakinan kepada Allah SWT sebagai penguasa atas segala sesuatu, juga penyembuh berbagai penyakit, turut membantu kesembuhan suatu penyakit. Keajaiban semacam ini hanya akan diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya yang terpilih, yakni yang meyakini sepenuh hati pada kekuatan-Nya Yang Maha Tinggi. Makanya, setiap hamba dianjurkan untuk ’’menghadirkan” Allah SWT ketika berdoa. Maksudnya, merasa seolah melihat Allah SWT saat berdoa, sehingga dapat bersungguh-sungguh dalam melafalkan bait-bait doa, serta meyakini bahwa Allah SWT pasti mendengar dan akan mengabulkannya.
Baca juga Wudhu dengan hati dan Menghadirkan Alllah dalam Sholat
Segala penyakit tidak akan menimpa seseorang, kecuali atas kehendak atau izin Allah SWT. Maka, Dia pula yang akan melenyapkan kembali penyakit tersebut, atau mencegahnya dari para hamba-Nya. Tidak ada tabib, benda, atau obat apa pun yang bisa menyembuhkan/melenyapkan penyakit, kecuali atas izin Allah SWT. Dengan kata lain, hanya Allah SWT yang menghendaki suatu obat menjadi manjur untuk kesembuhan hamba-Nya.
Pada dasarnya, semua penyakit bisa diatasi, kecuali jika takdir Allah SWT yang memang mengharuskan seseorang menemui kematian. Dengan demikian, obat hanyalah bersifat perantara. Hal ini dinyatakan di dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا ٨٢
Juga firman Allah SWT:
قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدٗى وَشِفَآ
Artinya: Katakanlah, ‘Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.’ (QS. Fushshilat, 41: 44)
Baca juga
Persiapkan diri sebelum kematian menjemput
Kematian dan balasan di alam kubur
Mengingat akan Kematian
Contoh yang dapat dijadikan pedoman bahwa segala penyakit adalah milik Allah SWT, tergambar dalam kisah Nabi Ayyub AS yang sempat ditimpa penyakit berat. Penyakit Nabi Ayyub AS yang dideritanya selama 18 tahun baru disembuhkan oleh Allah SWT setelah beliau berdoa untuk disembuhkan.
۞وَأَيُّوبَ إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّي مَسَّنِيَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ . فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ فَكَشَفۡنَا مَا بِهِۦ مِن ضُرّٖۖ وَءَاتَيۡنَٰهُ أَهۡلَهُۥ وَمِثۡلَهُم مَّعَهُمۡ رَحۡمَةٗ مِّنۡ عِندِنَا وَذِكۡرَىٰ لِلۡعَٰبِدِينَ
Artinya: Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: ’(Ya Tuhanhu), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang’ Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al-Anbiya, 21: 83-84)
Baca juga Maksud dan tujuan diturunkannya Al-Qur'an
Kisah Nabi Ayyub AS dapat menjadi pedoman bagi manusia biasa untuk senantiasa tidak melupakan Allah SWT, dan selalu mengandalkan doa dalam hidup mereka. Sebab, bahkan seseorang dengan derajat Nabi seperti Nabi Ayyub AS pun tetap bersandar kepada Allah SWT dengan mengadukan beban penyakit yang dideritanya dalam doa.