Peran Keluarga Dalam Menumbuhkan Jiwa Entepreneur Pada Anak
PERAN KELUARGA DALAM MENUMBUHKAN JIWA ENTEPRENEUR PADA ANAK
Khusnul Muzakki
Mahasiswa Unisnu Jepara
khusnulmuzakki0@gmail.com
Abstraks
Salah satu modal utama menjadi seorang entepreneur yang sukses ialah mempunyai keinginan yang kuat dari dalam diri sendiri, berani mengambil resiko, rajin dan keuletan dalam menjalankan usahanya. Hal tersebut akan tercapai apabila jiwa seorang entrepreneur sanggup diberikan semenjak usia dini. Tentunya di sini kiprah keluarga sangat besar lantaran keluarga merupakan pendidik yang pertama bagi anak. Usia dini merupakan masa yang sangat penting dalam pembentukan pola pikir bagi kehidupan anak di masa yang akan datang. Pada masa inilah kiprah orangtua sangat diharapkan dalam membentuk pola pikir kehidupan mereka yaitu dengan cara menanamkan nilai-nilai moral, agama, memotivasi untuk rajin mencar ilmu sehingga harapannya nanti ketika sudah berilmu balig cukup akal sanggup menjadi orang yang sukses, serta mendidik anak dengan jiwa berwirausaha sehingga ketika berilmu balig cukup akal nanti mereka akan menyadari pentingnya penanaman moral agama, kepribadian, dan tidak bergantung pada orangtua dari segi finansial. Salah satu cara untuk menstimulasi tumbuhnya jiwa wirausaha anak semenjak dini melalui bermain dan pembiasaan. Untuk itu, kiprah ayah sebagai kepala keluarga harus sanggup mendukung kiprah ibu yang kiprah utamanya mengasuh dan mendidik anak biar jiwa wirausaha sanggup dipupuk semenjak usia dini. Keluarga berperan sangat besar dalam menanamkan jiwa wirausaha semenjak dini dengan melibatkan kerjasama kedua orangtua.
Kata Kunci: Keluarga, Entepreneur, Usia Dini.
A. Pendahuluan
1. Keluarga
Pendidikan dan pengasuhan bagi anak merupakan tanggung jawab yang besar bagi orangtua. Hal itu sesuai dengan paparan Tafsir (2007:74) bahwa dalam keluarga orang yang paling bertanggungjawab terhadap pendidikan anak ialah orangtua. Tanggung jawab itu disebabkan lantaran alasan sebagai berikut: 1) secara kodrati orangtua ditakdirkan bertanggung jawab mendidik anak-anaknya, 2) orangtua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya. Peran ayah dan ibu memegang peranan sangat penting dan besar lengan berkuasa pada pendidikan anaknya. Pada dasarnya setiap insan sudah dibekali dengan sifat-sifat kewirausahaan semenjak lahir yaitu sudah Nampak keberanian, kreativitas, dan inisiatif. Anak mengalami proses tumbuh kembang yang bervariasi, sehingga tidak semua anak dibekali dengan nilai-nilai hidup yang positif, kreatif, dan dinamis. Padahal posisi dan kiprah keluarga sebagai pendidik yang pertama dan utama yang meletakkan pondasi dasar bagi tumbuh kembang personalitas serta kematangan berpikirnya.
Fungsi forum pendidikan dalam keluarga yaitu:
a. Merupakan pengalaman pertama di masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan berikutnya, khususnya dalam perkembangan pribadinya.
b. Pendidikan di lingkungan keluarga sanggup menjamin kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang. Kehidupan emosional ini sangat penting dalam pembentukan pribadi anak.
c. Di dalam keluarga akan terbentuk pendidikan moral. Keteladanan orang bau tanah dalam bertutur kata dan berperilaku sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak di dalam keluarga, guna membentuk insan susila.
d. Di dalam keluarga akan tumbuh sikap tolong menolong, empati sehingga tumbuhlah kehidupan keluarga yang damai dan sejahtera. Setiap anggota keluarga mempunyai sikap sosial yang mulia, dengan cara yang demikian keluarga akan menjadi wahana pembentukan insan sebagai makhluk sosial
e. Keluarga merupakan forum yang memang berperan dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan agama. Kebiasaan orang bau tanah membawa anaknya ke masjid merupakan langkah yang bijaksana dari keluarga dalam upaya pembentukan anak sebagai makhluk religius.
Pendidikan entrepreneurshipdalam lingkungan keluarga diawali dengan pemberian contoh-contoh yang positif dari orang bau tanah serta pembentukan-pembentukan adaptasi dalam entrepreneurship. Suasana rumah juga sangat besar lengan berkuasa terhadap perkembangan dan sikap anak.
Salah satu faktor yang berperan besar pada pendidikan dalam keluarga ialah ibu. Ibulah yang paling banyak berperan dalam kehidupan awal seorang anak. Ibulah biasanya yang paling akrab dengan kehidupan anak terutama di masa-masa anak masih kecil. Ibu yang lebih banyak menanamkan nilai-nilai positif atau negatif dalam kehidupan anak. Banyak pola menunjukkan keberhasilan anusia-manusia sukses sangat ditunjang oleh kiprah ibu dalam mendidiknya. beberapa tokoh populer mengemukakan bahwa keberhasilan dirinya sangat ditunjang oleh pemberian cara-cara mendidik, pola asuh dan sikap bijak ibunya dalam mendidik dirinya, terutama ketika belum dewasa. Kaprikornus peran ibu sangat menentukan kiprahnya dalam membuat pribadi-pribadi unggul yang sangat diharapkan untuk kemajuan seseorang, kemajuan masyarakat dan kemajuan suatu bangsa.
2. Entrepreneurship
Istilah entrepreneurship sering kali diartikan menjadi kewirausahaan, sehingga penggunaan istilah ini sering dipertukarkan. Wirausaha ialah orang yang mempunyai kreativitas, optimisme, keberanian dan bisa membaca peluang. Dengan demikian wirausaha ialah orang yang berkembang dan berbagi setiap potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Oenstenk (2003:74) menyatakan bahwa entrepreneurship dilihat sebagai sumber penemuan dan fleksibilitas, sebagai pencipta pekerjaan untuk perekonomian dan pada waktu yang sama sebagai suatu kemungkinan menarik untuk perkembangan individu dan pemenuhan warga negara.
Sedangkan berdasarkan Zimmerer (2005), kewirausahaan sanggup diartikan orang yang membuat bisnis gres dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai laba dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diharapkan untuk mendirikannya. Dengan demikian terdapat persamaan persepsi dari ketiga penulis bahwa entrepreneur memanfaatkan peluang dan memperhitungkan setiap risiko yang mungkin dihadapi.
Pendapat lain juga disampaikan oleh Suryana (2005:6) yang mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan kreatif dan inovatif dalam membuat sesuatu yang gres dan berbeda dan dijadikan dasar, kiat dalam perjuangan atau perbaikan hidup. Dengan demikian hakikat kewirausahaan ialah kreativitas dan inovasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Husaini Usman (1998:3) menguraikan wirausaha berarti inovator dan creator yang berani mengambil risiko dan memperhatikan peluang-peluang yang ada.
Dengan kompleksnya deskripsi mengenai entrepreneurships, untuk menjadi entrepreneur sejati diharapkan beberapa hal untuk menunjang keberhasilan dalam usahanya. Lambing dan Kuehl (2003: 23 – 28) menyatakan bahwa individu sebagai wirausahawan harus mempunyai tiga belas sifat, yakni : (1) Semangat yang tinggi; (2) Gigih walaupun kadang gagal; (3) Percaya diri; (4) Keteguhan hati; (5) Mampu mengelola risiko; (6) Perubahan dianggap sebagai peluang; (7) Toleransi terhadap ambisi; (8) Berinisiatif dan selalu ingin berprestasi; (9) Orientatif dan kepastian yang mendalam; (10) memanfaatkan waktu luang; (11) Kreatif; (12) Memiliki citra global serta kepastian yang mendalam; (13) Motivasi yang tinggi.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hakikat Keluarga
Keluarga merupakan kelompok kecil yang terdiri dari pemimpin dan anggotanya di mana di dalamnya terdapat kiprah dan fungsi masing-masing dalam hal pembagian
tugas dan kerja serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak untuk mencar ilmu banyak sekali hal. Dari keluarga pula, anak sanggup mempelajari sifat-keyakinan, sifat-sifat mulia, komunikasi dan interaksi sosial, serta keterampilan hidup. Hal itu didukung oleh pendapat Helmawati (2014:43) mengemukakan syarat-syarat keluarga ideal sebagai berikut: 1) perkawinan harus sah berdasarkan agama dan aturan negara, 2) menikah dengan pasangan yang mempunyai keyakinan yang sama, 3) mempunyai anggota keluarga yang lengkap (ayah, ibu, anak), 4) tujuan berkeluarga adalam mempunyai keturunan, 5) harus saling mengenal setiap pasangan, 6) pasangan harus hidup bersama dengan cinta dan kasih sayang sehingga ada ikatan batin, 7) Setiap angggota keluarga hendaknya membuat dan mencicipi hidup tenteram-bahagia, 8) Setiap anggota mempunyai hak dan kewajiban masing-masing serta saling menghormati antara satu dengan yang lainnya, 9) anggota keluarga perlu membuat pembagian kiprah sesuai dengan porsinya, 10) mempunyai waktu yang cukup untuk berkumpul bersama, 11) Komunikasi yang lancar dalam keluarga, 12) perlu ada bimbingan, pembinaan, dan pengawasan dalam keluarga.
Peran Keluarga
Tiga tempat pendidikan yang sanggup membentuk anak menjadi insan seutuhnya ialah di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga ialah tempat titik tolak perkembangan anak. Peran keluarga sangat lebih banyak didominasi untuk mengakibatkan anak yang cerdas, sehat, dan mempunyai penyesuaian sosial yang baik. Keluarga merupakan salah satu faktor penentu utama dalam perkembangan pendidikan anak disamping faktor-faktor yang lain. Menurut Goode (1995), keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa dalam pendidikannnya tidak hanya memperhatikan mutu dari institusi pendidikan saja, tetapi juga memperhatikan keberhasilan keluarga dalam menawarkan belum dewasa mereka persiapan yang baik untuk pendidikan yang dijalani. Keluarga ialah institusi sosial yang ada dalam setiap masyarakat. Oleh lantaran itu, keluarga menjadi institusi terkuat yang dimiliki oleh masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak. Di dalam lingkungan keluarga, anak pertama kali mendapat banyak sekali efek (nilai). Oleh lantaran itu, keluarga merupakan forum pendidikan tertua yang bersifat informal dan kodrati. Ayah dan ibu dalam keluarga sebagai pendidiknya dan anak sebagai si terdidik. Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat besar lengan berkuasa dalam membentuk pola kepribadian anak. Di dalam keluarga, anak perama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Pendidikan keluarga menawarkan pengetahuan dan keterampilan dasar, agama, dan kepercayaan, nilai-nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diharapkan anak. Nilai-nilai moral di sini merupakan bekal sebagai jiwa berwirausaha pada ketika anak sudah berilmu balig cukup akal nanti.
Metode dalam Proses Pendidikan di Keluarga
Beberapa metode yang sanggup dipakai untuk menanamkan jiwa berwirausaha pada usia dini sebagai berikut: 1) Metode internalisasi merupakan upaya untuk memasukkan pengetahuan dan keterampilan melaksanakan pengetahuan ke dalam diri seseorang sehingga pengetahuan itu menjadi kepribadian dan diimplentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Tafsir (2011) bahwa upaya internalisasi berupa menyatukan pengetahuan dan keterampilan dengan diri pribadi individu dari tempat eksternal ke tempat internal. Kaprikornus sanggup disimpulkan bahwa proses pendidikan itu tidak hanya terletak pada penyampaian pengetahuan saja (teori) tetapi juga melatih keterampilan berdasarkan pengetahuan tersebut (praktek). Misal: anak memahami konsep dan definisi disiplin, di samping itu anak juga terampil menerapkan disiplin dalam kehidupan sehari-harinya, 2) Metode adaptasi merupakan metode lain yang relatif efektif dalam menumbuhkan jiwa berwirausaha ialah melalui pembiasaan. Pentingnya menekankan metode adaptasi ini pada anak usia dini merupakan cara yang sempurna dalam menanamkan jiwa-jiwa berwirausaha. Oleh lantaran itu, bila anak sudah dibiasakan melaksanakan hal-hal yang baik semenjak kecil, maka anak akan tumbuh dalam kebaikan. Senada dengan pendapat di atas, Daradjat (2007:147) menyebutkan bahwa adaptasi tingkah laris yang baik pada anak sebaiknya dilakukan semenjak kecil,seperti membiasakan tidur lebih cepat, membiasakan berolahraga, membiasakan jangan membuang sampah di sembarang tempat, membiasakan berkata jujur, membiasakan banyak bersedekah, membiasakan mencar ilmu sebelum tidur. Sehingga sanggup disimpulkan bahwa apabila metode adaptasi sudah diterapkan dengan baik dalam keluarga, maka akan lahir belum dewasa yang baik dan sanggup menjadi teladan bagi orang lain, 3) Metode bermain merupakan cara yang paling sempurna untuk berbagi kemampuan anak sesuai kompetensinya. Anak memperoleh dan memproses warta mengenai hal-hal gres dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Anak-anak senantiasatumbuh dan berkembang. Mereka menampilkan ciri-ciri fisik dan psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa belum dewasa merupakan masa puncak kreativitasnya. Kreativitas itu perlu dijaga dan dikembangkan dengan membuat lingkungan yang menghargai kreativitas yakni melalui bermain. Oleh lantaran itu, pendidikan di rumah yang menekankan mencar ilmu sambil bermain sanggup mendorong anak untuk mengeluarkan semua daya kreativitasnya, 4) Metode dongeng merupakan salah satu yang sanggup dipakai dalam menanamkan jiwa berwirausaha semenjak usia dini. Metode bercerita mempunyai banyak manfaat, lantaran metode ini bertumpu pada bahasa, baik mulut maupun tulisan. Selain sanggup berbagi imajinasi otak anak, metode bercerita juga sanggup menawarkan pesan moral yang terdapat dalam isi cerita. Sependapat dengan hal tersebut Salim (2013:262) menyatakan bahwa inti bercerita ialah sanggup membentuk jiwa/karakter anak secara tidak langsung, 5) Metode keteladanan merupakan ungkapan tersebut seharusnya disadari oleh para orangtua, sehingga mereka lebih bisa menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya. Berbagi keteladanan dalam mendidik anak menjadi sesuatu yang sangat penting. Secara psikologis, anak memang sangat membutuhkan panutan atau pola dalam keluarga. Sehingga dengan pola tersebut anak sanggup mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh lantaran itu, seorang anak akan tumbuh dalam kebaikan dan mempunyai abjad yang baik bila melihat orangtuanya menawarkan teladan yang baik, 6) Metode nasihat merupakan metode lain yang dianggap representatif dalam membina abjad anak melalui nasihat. Metode nasihat ini merupakan penyampaian kata-kata yang menyentuh hati dan disertai dengan keteladanan. Dengan demikian, metode ini memadukan antara metode ceramah dan keteladanan, namun lebih diarahkan kepada bahasa hati, tetapi bisa pula disampaikan dengan pendekatan rasional (Syarbini, 2012:85), 7) Metode penghargaan dan hukuman merupakan metode yang penting untuk dilakukan lantaran intinya setiap orang dipastikan membutuhkan penghargaan dan ingin dihargai. Anak ialah fase perkembangan insan yang sangat membutuhan penghargaan. Oleh lantaran itu, bila anak sanggup melaksanakan hal-hal yang terpuji selayaknya ornagtua menawarkan apresiasi penghargaan. Selain penghargaan, metode eksekusi juga sanggup diterapkan. Namun perlu digarisbawahi bahwa metode eksekusi bahwasanya kurang baik bila diterapkan dalam pendidikan, terlebih untuk mendidik anak. Sebab dengan adanya eksekusi biasanya anak melaksanakan sesuatu dalam keterpaksaan lantaran takut hukuman. Metode eksekusi ini sanggup diterapkan bila seluruh metode-metode sebelumnya tidak berhasil.
Jiwa Wirusaha
Konsep kewirausahaan hingga ketika ini masih terus berkembang. Kewirausaahan itu sendiri merupakan jiwa, sikap, kemampuan untuk membuat sesuatu yang gres dan sangat bernilai dan mempunyai kegunaan bagi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Sedangkan wirausaha merupakan orang yang terampil dalam berbagi usahanya dan memanfaatkan kesempatan dengan tujuan meningkatkan taraf hidupnya. Menurut Norman (2009), “An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk........”. Wirausahawan merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk melihat dan menilai kesempatan dalam berbisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil laba untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia aktual secara kreatif dalam rangka meraih kesuksesan. Sehingga wirausaha ialah orang yang mempunyai jiwa kreativitas dan inovatif yang tinggi dalam hidupnya. Dari uraian di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa kewirausahaan diidentikkan dengan kemampuan para wirausaha dalam dunia usaha, sedangkan wirausaha merupakan sesorang yang melaksanakan upaya kreatif dan inovatif dengan jalan berbagi wangsit untuk menemukan peluang dan peningkatan taraf hidup. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Suryana (2001) bahwa kewirausahaan itu muncup pada diri individu yang berani berbagi usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan mencakup semua fungsi dan tindakan yang berafiliasi dengan pemerolehan kesempatan dan penciptaan dunia usaha. Esensi dari kewirausahaan ialah membuat nilai tambah melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara baru dan berbeda dengan yang lain sehingga sanggup berdaya saing. Nilai tambah tersebut sanggup diperoleh melaui cara-cara sebagai berikut: 1) pengembangan teknologi baru, 2) penemuan pengetahuan baru, 3) perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada, 4) penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit.
Peran Keluarga Dalam Menumbuhkan Jiwa Entepreneur Sejak Dini
Orangtua mempunyai kiprah yang besar dalam menawarkan proses pendidikan dan entepreneur kepada anaknya. Membekali anak dengan nilai-nilai moral agama, pengetahuan umum saja tidak cukup untuk menawarkan bekal kehidupan hingga nanti dewasa. Untuk itu, orangtua perlu membekali anak dengan kemampuan entepreneur. Potensi entepreneur pada setiap anak itu berbeda-beda sehingga semenjak usia dini perlu ditumbuhkan jiwa entepreneur dengan hal-hal yang sederhana dan memakai metode adaptasi dan bermain. Di bawah ini ada beberapa hal yang sanggup menumbuhkan jiwa entepreneur sanggup tertanam pada diri anak semenjak dini, antara lain: 1) Mengasah jiwa kepemimpinan anak, 2) Menumbuhkan cara berpikir kreatif, 3) Mendidik anak dengan memikirkan resiko, 4) Melatih kecakapan hidup (life skill), 5) Motivasi orangtua. Upaya orangtua di atas juga sanggup diterapkan melalui metode internalisasi yang dikemukakan oleh Tafsir (2011) bahwa upaya internalisasi berupa menyatukan pengetahuan dan keterampilan dengan diri pribadi individu dari tempat eksternal ke tempat internal. Sehingga jiwa entrepreneur sanggup ditanamkan kepada anak melalui kegiatan sehari-hari mereka melalui metode internalisasi. Di samping itu, metode yang sanggup diterapkan oleh orangtua ialah metode pembiasaan yang dikemukakan oleh Daradjat (2007:147) bahwa adaptasi tingkah laris yang baik pada anak sebaiknya dilakukan semenjak kecil. Sehingga sanggup disimpulkan bahwa apabila metode adaptasi sudah diterapkan dengan baik dalam keluarga, maka akan lahir belum dewasa yang baik dan sanggup menjadi teladan bagi orang lain. Jika dikaitkan dengan keiwarusahaan, maka sebagai orangtua perlu menentukan metode yang sempurna dalam menanamkan jiwa berwirausaha semenjak dini. Hal ini mendukung pendapat dari Suryana (2005:4) yang menyatakan bahwa ciri-ciri wirausahawan yang sukses ialah mereka yang berkompeten dalam bidang ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kualitas individu itu sendiri mencakup motivasi, nilai, sikap, serta tingkah laris yang yang diharapkan dalam melaksanakan kegiatan. Pendapat tersebut tentunya diawali dari lingkungan keluarga lantaran anak setiap hari berinteraksi sosial dengan anggota keluarga, khususnya ayah dan ibu. Peran keluarga menjadi besar bagi pendidikan anak, lantaran keluarga itu sendiri merupakan pondasi pertama dan lingkungan yang utama bagi anak dalam berbagi semua potensi yang ada dalam dirinya.
C. Penutup
Kesimpulan
Simpulan dari beberapa pendapat yang sudah dipaparkan sebelumnya antara lain: 1) Secara umum, pendidikan dalam keluarga berperan dalam menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak lantaran wirausahawan yang sukses pada umumnya dipicu oleh orangtuanya baik secara eksklusif maupun tidak, 2) Kebanyakan ibu berperan sebagai orangtua yang lebih banyak didominasi dalam mengajak anak untuk terlibat dalam kegiatan berwirausaha, sehingga anak sanggup mempertimbangkan wirausaha sebagai pilihankarirnya, 3) Pengaruh lingkungan juga sanggup menjadi faktor dalam menumbuhkan jiwa berwirausaha pada anak.
Saran
Beberapa saran yang sanggup diberikan sebagai berikut: 1) Kedua orangtua baik ayah maupun ibu perlu menanamkan jiwa berwirausaha pada anak lantaran kedua orangtua memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak khususnya pada waktu usia dini, 2) Sebaiknya kedua orangtua melaksanakan komunikasi yang efektif dengan anak dan menawarkan citra perihal banyak sekali jenis profesi dan lapangan yang ada di sekitarnya, 3) Orangtua perlu mengubah pola berfikir bahwa pada ketika kondisi anak perlu diarahkan untuk membuat lapangan kerja bukan hanya mencari kerja lantaran zaman kini terjadi kesenjangan antara jumlah pencari kerja dengan tersedianya peluang kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Goode, William J. 1995. Sosiologi Keluarga (The Family). Terjemahan Laila Hanom Hasyim. Jakarta: Bumi Aksara.
Ningrum, Mallevi Agustin. (Tahun 2017). ” PERAN KELUARGA DALAM MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA SEJAK USIA DINI”. Jurnal Pendidikan Volume 2 Nomor 1 Halaman: 29-32.
Sukanti, Aliyah Rasyid Baswedan, Isroah. (Tahun 2011). “PERAN IBU DALAM MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA ANAK”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 2 –, Hlm. 79 – 91.