Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Abu Jahal


     
   
Salah seorang Quraisy yang paling membenci Nabi saw yaitu ‘Amru bin Hisyâm atau lebih dikenal dengan Abü Jahal (Bapak Kebodohan). Dia menyakiti Rasulullah saw dengan perkataannya dan gembira terhadap kejahatannya. Allah swt menurunkan ayat wacana dirinya,

     Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan al-Qur’an) dan tidak mau mengerjakan shalat. (QS. al-Qiyamah [75]: 3 1-35) 

     Abu Jahal selalu mencegah Rasulullah saw melaksanakan shalat semenjak pertama kali melihat dia melakukannya di Masjidil Haram. Suatu kali, dia melewati Nabi saw yang sedang melaksanakan shalat di sisi Maqam Ibrâhim, kemudian berkata, “Wahai Muhammad! Bukankah telah saya larang engkau melaksanakan ini?” Dia mengancam Nabi saw dan membentaknya. 

     “Wahai Muhammad! Dengan apa engkau akan mengancamku? Demi Allah! Bukankah saya yaitu orang yang paling banyak memanggil (berdoa) di lembah ini (Makkah)?” 

     Dua ayat kemudian turun, 

     Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya) (QS. al-a1aq 96:17)

     Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa Rasulullah saw memegang kerah baju Abu Jahal dan mengguncang-guncangkan tubuhnya sambil membacakan ayat, “Kemud ian kecelakaanlah bagimu dan kecelakaanlah bagimu. 

     “Apakah engkau mengancamku Wahai Muhammad? Engkau tidak akan sanggup berbuat sesuatu, begitu pula Tuhanmu. 

     Akulah orang paling mulia yang berjalan di antara dua bukit,” kata Abu Jahal dengan sombongnya. 

    Setelah menerima bahaya itu, Abü Jahal tetap saja terus memperolok Rasulullah saw. Dalam sebuah kesempatan, Abu Jahal bertanya pada kaumnya, “Apakah Muhammad berani menutup mukanya di depan kalian?” 

    “Ya, benar,” jawab seseorang. 

    “Demi Latta dan ‘Uzza, andaikata saya melihatnya, akan kuinjak dan kulumuri mukanya dengan debu,” kata Abu Jahal (ar Rahiqul Makhtum

     Suatu hari, pernah Nabi saw sedang shalat. Sampailah Nabi saw untuk sujud. Cukup usang dia bersujud. Tanpa disadari, Abu Jahal mendekatinya. Laki-laki jahat itu mengangkat kakinya. Ia siap menginjakkan telapak kakinya ke atas badan Muhammad saw yang sedang sujud. Namun, belum sempat ia melakukannya, tiba-tiba Abu Jahal pribadi berlari ibarat orang ketakutan. 

     Abü Jahal ditanya reman-temannya mengapa ia lari ketakutan. “Aku melihat antara saya dan Muhammad dipisah oleh parit yang seandainya saya mendekat, pasti saya akan terbakar.”

     Itulah salah satu mukjizat yang diberikan Allah untuk menguatkan hati kekasih-Nya. Allah selamanya tidak akan pernah rela Rasulullah saw direndahkan. 

     Di lain waktu, ada seorang Badui yang memasuki Makkah. Melihat hal ini muncul rencana jahat Abu Jahal. Ia segera mengambil harta milik Badui. Orang Badui itu kemudian mendatangi suku Quraisy menuntut supaya hartanya dikembalikan. Suku Quraisy kemudian berkata kepadanya,

      “Pergilah pada orang yang sedang shalat itu. Dia yang akan mengembalikan hartamu.” 

      Orang Badui itu kemudian menemui Nabi saw yang sedang shalat. 

     “Mereka menyampaikan kepadaku bahwa engkau akan mengembalikan hartaku dari Abu Jahal.” 

     Nabi saw tidak memarahi orang Badui. 

     “Kalau begitu, ikutlah bersamaku.” 

     Diajaknya orang Badui itu menemui Abu Jahal. Setelah bertemu, Nabi saw bertanya, “Apakah engkau yang mengambil harta pria ini?” 

     “Benar,” jawab Abu Jahal. 

     “Kembalikan harta pria mi!” pinta Rasulullah saw. 

     Entah apa yang terjadi pada Abu Jahal. Ia pribadi mengembalikan harta itu tanpa banyak bicara. Saat Abñ Jahal ditanya mengenai insiden itu, dia berkata, 

     “Aku melihat ada seekor unta pejantan berada di belakang Muhammad.” 


Ingin Membunuh Rasuhillah saw 

     Kembali, Allah menyampaikan kuasa-Nya. Tidak usang sehabis Rasulullah saw berlalu, Abü Jahal berkata sombong, “Wahai kaum Quraisy! Sesungguhnya Muhammad, sebagaimana yang telah kalian saksikan, hanya ingin mencela agama dan nenek moyang kita, membuyarkan angan-angan, serta mencaci tuhan-tuhan kita,” kata Abü Jahal dengan lantang. 

     Abu Jahal melanjutkan ocehannya. 

     “Sungguh saya berjanji atas nama Allah untuk duduk di dekatnya dengan membawa kerikil besar yang bisa saya angkat dan akan saya hempaskan ke kepalanya ketika dia sedang sujud dalam shalatnya,” ancamnya. 

     “Saat itu, kalian hanya mempunyai dua pilihan: membiarkanku atau mencegahku. Dan sehabis itu terjadi, Bani ‘Abdul Muthallib sanggup berbuat apa saja yang mereka mau,” ujar Abu Jahal lagi.

     Abu Jahal menandakan ucapannya. Saat pagi hari, ia mengambil kerikil besar kemudian duduk sambil menunggu kedatangan Rasulullah saw. Yang ditunggu-tunggu balasannya datang. Nabi saw yang tak mengetahui niat jahat Abu Jahal melaksanakan kegiatan ibarat biasa. Muhammad saw shalat, sementara kaum Quraisy duduk berkumpul di sekitar Ka’bah. Mereka menanti agresi yang akan dilakukan Abu Jahal. 

     Saat yang dinanti tiba. Ketika Nabi saw sedang sujud, Abü Jahal segera mengangkat kerikil besar yang dibawanya. Ia kemudian berjalan menuju Rasulullah saw. Setelah dekat, tangan Abu Jahal mengangkat kerikil itu ke atas, siap dijatuhkan ke badan Nabi saw. Kaum Quraisy menatap Abu Jahal, menunggu kerikil besar itu menimpa Rasulullah saw. 

     Tiba—tiba kecacatan terjadi. Abü Jahal melangkah mundur. Wajahnya pucat pasi. Kedua tangannya gemetar tak lagi bisa menahan kerikil besar sampai dia melemparnya.

     Para pemuka Quraisy heran terhadap apa yang terjadi dengan Abu Jahal. Mereka bergegas menghampirinya. 

     “Ada apa denganmu, wahai Abu al-Hakam?” tanya mereka serempak. 

     “Aku telah bangkit menuju arahnya untuk melaksanakan apa yang telah kukatakan semalam, tapi ketika saya mendekatinya, seakan ada unta jantan yang menghalangiku. Demi Allah! Aku tak pernah sama sekali melihat sesuatu yang angker ibarat rupanya, juga ibarat punuk ataupun taringnya. Binat ang itu ingin memangsaku,” kata Abü Jahal dengan wajah yang masih pucat pasi (Ibnu Hisyam).