Hijrah Ke Thaif
F. HIJRAH KE THAIF
Nabi Muhammd saw. menganggap bahwa penganiayaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy terhadap umat Islam semakin keras tidak mengindahkan norma-norma kemanusiaan. Oleh sebab itu, dia pergi ke Thaif pada tahun ke-10 kenabian, bertepatan dengan final Mei tahun 619 M, dengan tujuan membuatkan anutan Islam di sana. Namun, penduduk Thaif menolak dakwah beliau, bahkan mereka menghina, dan mengusir Nabi Muhammad saw. Beliau tinggal di Thaif selama 10 hari, ketika meninggalkan Thaif dia diikuti oleh orang-orang bodoh, bawah umur kecil, dan para budak. Mereka mencaci, meneriaki, dan bahkan melempar dia hingga kakinya berdarah. Mereka gres berhenti mengikuti Nabi Muhammad saw. sehabis masuk kebun milik Utbah dan Saudah, berjarak tiga mil dari Thaif. Nabi Muhammad saw. dan Zaid bin Harisah kemudian duduk di bawah pohon anggur.
Saat mencicipi kepedihan dan kesakitan, dia berdoa kepada Allah swt., "Ya Allah. hanya kepada-Mulah saya mengadukan kelemahanku, kurang-nya kesanggupanku, dan kerendahan diriku menghadapi umat manusia. Wahai Zat Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang, Engkaulah pelindung orang-orang yang lemah, Engkaulah pelindungku. Kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan. Kepada orang jauh yang berwajah muram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku. Jika Engkau marah kepadaku, semua itu takkan kuhiraukan sebab nikmat-Mu teramat besar yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebaikan di dunia dan akhirat, dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan padaku atau mempersalahkan diriku. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan seizin Allah semata."
Setelah insiden tersebut, Nabi Muhammad saw. pribadi pergi meninggalkan Thaif dan kembali ke Mekah. Sebelum memasuki kota, dia mengirim utusan untuk menemui tiga kepala keluarga yang ada di sana. Sayang, dua dari tiga kepala keluarga yang ditemuinya menolak untuk memperlihatkan dukungan kepadanya. Kedua kepala keluarga itu ialah Akhnas bin Syariq dari Bani Zuhrah dan Suhail bin Amir dari Bani Amir. Sedangkan Muth'im dari Bani Naufal berkenan memperlihatkan perlindungan. Memperoleh dukungan dari Muth'im, Nabi Muhammad saw. melanjutkan gerakan dakwahnya. Sejak itu, dia juga berusaha memperluas hubungannya dengan masyarakat di luar suku Quraisy, ibarat suku Badui serta suku Aus dan Khazraj dari Yasrib. Jalinan itu dilakukan Nabi Muhammad saw. setiap kali ekspresi dominan haji tiba, tepatnya ketika mereka tiba ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji.
Nabi Muhammd saw. menganggap bahwa penganiayaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy terhadap umat Islam semakin keras tidak mengindahkan norma-norma kemanusiaan. Oleh sebab itu, dia pergi ke Thaif pada tahun ke-10 kenabian, bertepatan dengan final Mei tahun 619 M, dengan tujuan membuatkan anutan Islam di sana. Namun, penduduk Thaif menolak dakwah beliau, bahkan mereka menghina, dan mengusir Nabi Muhammad saw. Beliau tinggal di Thaif selama 10 hari, ketika meninggalkan Thaif dia diikuti oleh orang-orang bodoh, bawah umur kecil, dan para budak. Mereka mencaci, meneriaki, dan bahkan melempar dia hingga kakinya berdarah. Mereka gres berhenti mengikuti Nabi Muhammad saw. sehabis masuk kebun milik Utbah dan Saudah, berjarak tiga mil dari Thaif. Nabi Muhammad saw. dan Zaid bin Harisah kemudian duduk di bawah pohon anggur.
Saat mencicipi kepedihan dan kesakitan, dia berdoa kepada Allah swt., "Ya Allah. hanya kepada-Mulah saya mengadukan kelemahanku, kurang-nya kesanggupanku, dan kerendahan diriku menghadapi umat manusia. Wahai Zat Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang, Engkaulah pelindung orang-orang yang lemah, Engkaulah pelindungku. Kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan. Kepada orang jauh yang berwajah muram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku. Jika Engkau marah kepadaku, semua itu takkan kuhiraukan sebab nikmat-Mu teramat besar yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebaikan di dunia dan akhirat, dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan padaku atau mempersalahkan diriku. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan seizin Allah semata."
Setelah insiden tersebut, Nabi Muhammad saw. pribadi pergi meninggalkan Thaif dan kembali ke Mekah. Sebelum memasuki kota, dia mengirim utusan untuk menemui tiga kepala keluarga yang ada di sana. Sayang, dua dari tiga kepala keluarga yang ditemuinya menolak untuk memperlihatkan dukungan kepadanya. Kedua kepala keluarga itu ialah Akhnas bin Syariq dari Bani Zuhrah dan Suhail bin Amir dari Bani Amir. Sedangkan Muth'im dari Bani Naufal berkenan memperlihatkan perlindungan. Memperoleh dukungan dari Muth'im, Nabi Muhammad saw. melanjutkan gerakan dakwahnya. Sejak itu, dia juga berusaha memperluas hubungannya dengan masyarakat di luar suku Quraisy, ibarat suku Badui serta suku Aus dan Khazraj dari Yasrib. Jalinan itu dilakukan Nabi Muhammad saw. setiap kali ekspresi dominan haji tiba, tepatnya ketika mereka tiba ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji.