Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dinamika Politik Dan Manajemen Era Khalifah Umar Bin Khattab, Lengkap!

 
Dinamika Politik dan Administrasi Masa Khalifah Umar Bin Khattab Dinamika Politik dan Administrasi Masa Khalifah Umar Bin Khattab, Lengkap!
http://sejarahislamarab.blogspot.com
 Dinamika Politik dan Administrasi Masa Khalifah Umar Bin Khattab I 
Serangkaian penaklukan bangsa Arab dipahami secara terkenal dimotivasi oleh hasrat akan harta rampasan perang, dan termotivasi oleh agama yang tidak menganut iktikad ihwal bangsa yang terpilih, layaknya Yahudi. Salah satu prinsip agama Islam ialah berbagi ajarannya kepada orang lain, lain halnya dengan Yahudi yang menganggap bangsanya sendirilah yang terpilih dan menganggap bangsa lain ialah domba-domba sesat[1]. Keyakinan inipun otomatis juga kuat kepada lancarnya beberapa perluasan pada masa Khalifah Umar Bin Khattab.
Motivasi apapun yang terlibat di dalam beberapa penaklukan tersebut, semuanya merupakan perluasan yang telah berkala dengan baik oleh pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab, meskipun sebagian kecilnya berlangsung secara kebetulan. Beberapa wilayah yang akan ditaklukkan dilihat dari kesuburan tanahnya, kestrategisannya dalam dunia perdagangan dan kestrategisannya untuk menjadi basis-basis penaklukan berikutnya. Seperti kota Mesir yang ditaklukkan, kota ini merupakan lumbung besar bagi Kostantinopel.
Kostantinopel mulai mengalami kekalahan dalam peperangannya dengan pasukan-pasukan muslim sesudah Mesir jatuh ketangan negara Islam. Sedangkan untuk menaklukkan Sasania, pasukan muslim tidaklah mengalami kesulitan, alasannya selain dari sisi kekuatan politis imperium ini yang telah melemah dan hancurnya adiministrasi, juga hubungan baik antara negara-negara kecil yang sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan mereka, juga alasannya Iraq telah jatuh ke tangan pasukan muslim pada masa sebelumnya.
Selain itu, beberapa alasan yang mendukung keberhasilan serangkaian penaklukan ini ialah tidak terjalinnya hubungan baik antara pemerintah dengan rakyat. Dalam beberapa kasus hal ini sungguh penting, alasannya orang-orang Katolik Arab yang merupakan bab imperium yang ditaklukkan lebih mendapatkan dan bergabung dengan pasukan muslim. Lebih jauh lagi migrasi orang-orang Arab badui juga ikut menjadi alasan keberhasilan ini. Dalam mengorganisasi orang-orang Badui, Khalifah Umar Bin Khattab membangun beberapa mishr. Mishr ini menjadi basis kawasan orang-orang badui. Selain itu juga sebagai basis-basis militer dengan tujuan penaklukan selanjutnya.
Beberapa kampung-kampung militer terbesar yang dibangun pada masa Umar bin Al-Khattab ialah Bashrah yang bertujuan untuk mempermudah komunikasi dengan Madinah, ibu kota negara dan juga menjadi basis penaklukan menuju Iran Selatan. Kufah dibangun untuk menjadi basis manajemen pemerintahan untuk Irak Utara, Mesopotamia bab Timur dan Utara Iran. Selain menjadi basis militer dan pemerintahan, amshar juga menjadi pusat distribusi dan manajemen pajak. Dengan begitu sistem yang diterapkan oleh Khalifah Umar Bin Khatta badalah sistem desentralisasi. Gaji para pasukan yang diambil dari pajak, upeti dan zakat dibayarkan melalui pusat-pusat manajemen ini[2].
Pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab pada dasarnya tidak memaksakan sebuah sistem manajemen gres di wilayah taklukan mereka. Sistem adaministrasi yang berlaku ialah akad antara pemerintah dengan elit lokal wilayah tersebut. Dengan begitu, otomatis tidak ada kesamaan manajemen suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Tampaknya hal ini tidaklah menjadi dilema penting pada ketika itu.
a)   Ekspansi-ekspansi pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab.
Adapun rangkaian penaklukan yang terjadi pada masa Umar bin Al-Khaţţāb sangatlah gencar[3], sehingga wilayah kekuasaan Umar pada ketika itu meliputi: benua Afrika sampai Alexandria, Utara sampai Yaman dan Hadramaut, Timur sampai Kerman dan Khurasan, Selatan sampai Tabristan dan Haran.
b)   Kebijakan Politis dan Administratif.
1)      Ekspansi dan penaklukkan.
2)      Desentralisasi administrasi.
3)      Pembangunan fasilitas-fasilitas umum, menyerupai Masjid, jalan dan bendungan.
4)      Pemusatan kekuatan militer di amshar-amshar.
5)      Memusatkan para sahabat di Madinah, supaya kesatuan kaum muslimin lebih terjaga.
6)      Aktivitas haji tahunan sebagai wadah laporan tahunan para gubernur terhadap khalifah[4].
7)      Membangun kota Kufah dan Bashrah.
8)      Pemecatan Khalid bin Walid dari kepemimpinannya[5].
9)      Pembentukan beberapa jawatan:
(a).  Diwan al-Kharaj (jawatan pajak) yang bertugas mengelola manajemen pajak negara.
(b). Diwan al-Ahdats (jawatan kepolisian) yang bertugas memlihara ketertiban dan menindak pelaku penganiayaan untuk kemudian diadili di pengadilan.
(c).  Nazarat al-Nafi’at (jawatan pekerjaan umum) yang bertanggung jawab oelaksanaan pembangunan fasilitas-fasilitas umum.
(d). Diwan al-Jund (jawatan militer) yang bertanggung jawab atas pengelolaan manajemen ke-tentaraan.
(e).  Bait al-Mal sebagai forum perbendaharaan negara yang bertanggung jawab atas pengelolaan kas negara. Beberapa tugasnya ialah memperlihatkan pinjaman (al-‘atha) yang merata kepada seluruh rakyat secara merata baik sipil maupaun militer, tapi tentu saja pinjaman ini tidak sama jumlahnya.[6]
(f).  Menciptakan mata uang resmi negara.
(g). Membentuk ahl al-hilli wa al-aqdi yang bertugas untuk menentukan pengganti khalifah.

Mungkin itu sedikit warta tentang Dinamika Politik dan Administrasi Masa Khalifah Umar Bin Khattab, sekian dan terimakasih



[1]Marshall Hodgson, The Venture Of Islam (Chicago: Chicago University Press, 1974), Jil. I, 315.
[2]Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, terj. Ghufron (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 63.
[3]Abu Ja’far, Tarikh at-Thabari (Cairo: Dar al-Ma’arif, 1973), Jil. IV, 112.
[4]Abul A’la al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan (Jakarta: Mizan, 1996), 124.
[5] Peralihan manajemen yang diterapkan oleh khalifah umar bin khottob ialah diangkatnya debu ubaydah menggantikan kholid bin walid sebagai gubernur jenderal dan wakil khalifah. Lihat: Philip K Hitti, History Of The Arabs (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010),191
[6]Amiur Nuruddin, Ijtihad Umar bin Khattab (Jakarta: Rajawali Press, 1991), 128.