Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Arsitektur Pada Zaman Muawiyah, Lengkap!


Dalam berguru sejarah islam ini saya akan menjelaskan wacana  ARSITEKTUR PADA ZAMAN MUAWIYAH, Lengkap!
www.sejarahislamarab.blogspot.com

Dalam berguru sejarah islam ini saya akan menjelaskan tentang arsitektur pada zaman muawiyah. dan ini merupakan kelanjutan dari kehidupan intelektual di basrah dan irak peninggalan bani umaiyah  serta eksklusif saja. Seni bangunan (arsitektur) pada zaman ini bertumpu pada dua serpihan yaitu bangunan sipil yang berupa kota-kota dan bangunan agama yang berupa masjid. Pada masa ini beberapa kota gres dan perbaikan kota usang telah dibangun dengan memadukan gaya Persia, Romawi dan Arab.
Selama Awal pemerintahan bani Umayyah, Tidak ada pengembangan arsitektur yang mencolok.  Arsitektur islam masih bertahan semenjak zamannya Islam yaitu pembangunan masjid yang menjadi tempat Ibadah bagi umat Islam. Bangunan masjid masih sederhana yang terdiri atas pelataran terbuka yang dikelilingi dinding-dinding dari tanah liat yang dijemur, atap terbuat dari daun kurma dan batang kurma berfungsi sebagai penyanggah.  Disana terdapat mimbar yang terbuat dari pohon kurma.
Pasca itu, masjid mulai berkembang dengan cara memadukan antara budaya Islam dengan budaya sekitarnya, yang mana daerah-daerah tersebut sudah ditaklukkan oleh Islam.
Masjid pertama yang didirikan di daerah taklukkan yaitu masjid di Basrah yang dibangun oleh ‘Utbah ‘ibn Ghazwan (637/638), yang mengakibatkan kota itu sebagai markas pasukan di demam isu dingin. Tempat tersebut terdiri atas lokasi terbuka yang dikelilingi pagar rerumputan. Kemudian didirikan bangunandari tanah liat dan batubata yang dikeringkan dengan sinar matahari (Libn) oleh Abu Musa al_Asy’ary, pada  masa Umar masjid tersebut diberikan atap dari anyaman rumput.
Pada 638/639 M, jenderal pasukan Islam Sa’ad bin abi Waqqash, membangun masjid di kuffah dengan masjid sederhana sebagai pusatnya, di erat masjid tersebut dibangun kediaman gubernur (dar al_Imarah). Seperti di Basrah masjid ini pada mulanya hanyalah lapangan terbuka yang berpagar rerumputan, lalu diganti dengan pagar dari tanah liat dan batu bata yang dijemur. Kemudian Ziyad wakil dari Muawwiyah, merenovasi masjid tersebut dengn menambahkan beranda yang menggunakan arsitektur Sasaniyah. 
Masjid pertama kali di Afrika dibangun oleh ‘amr bin al_Ash di Fustat (Kairo lama) pada tahun 642, dalam bentuk aslinya. Yaitu bangunan segi empat yang sederhana tanpa Mihrab untuk menawarkan arah Shalat, Dan tanpa menara (Mi’dzanah). Sebagai tempat Ibadah, masjid ini juga berfungsi sebagai markas militer di Fustat yang ketiga di dalam pemerintahan bani Umayyah.
Masjid yang juga memegang peranan penting yaitu masjid ‘Uqbah Ibn Nafi’ di Kairawan (670-675) yang, menyerupai Fusthat, juga merupakan markas militer ‘Uqbah pertama kali mendirikan masjid dan bangunan pemerintahan sebagai sentra markas dan membangun hunian penduduk sekelilingnya. Masjid tersebut sudah mengalami renovasi beberapa kali oleh para khalifah sesuadahnya, dan terakhir kali oleh Ziyadat Allah I (817-838) dari dinasti Aghlabiyah, yang semenjak ketika itu menjadi salah satu masjid terbesar umat Islam. Kairawan dibangun dengan gaya arsitektur Islam dan dilengkapi dengan aneka macam gedung, masjid, taman rekreasi, pangkalan militer dan sebagainya.
   al_Walid memerintahkan Umar bin Abdul al_Aziz (gubernur Madinah) untuk memperluas masjid Nabawi dan memasukkan rumah-rumah isteri Rasulullah ke dalam masjid. al_Walid juga memberitahukan kaisar Romawi bahwa ia sedang merehabilitasi masjid Nabawi dan meminta pertolongan kepadanya. Kaisar Romawi mengirimkam 100.000 misqal emas dan 100 pekerja dan 40 mozaik yang indah[3].
Inovasi sekuler di dalam Masjid yaitu pembuatan Maqshurah, yaitu ruangan berpagar yang ada didalam masjid sebagai tempat khusus untuk khalifah. Terdapat aneka macam alasan mengapa ruangan khusus itu dibangun yaitu untuk melindungi khalifah dari perjuangan pembunuhan oleh kelompok khawarij. Maqshurah biasa dipakai oleh para khalifah untuk mengasingkan diri dan beristirahat, dan untuk bermusyawarat.[4]
Pada masa bani Umayyah ini, menara diperkenalkan, diawali di Suriah dengan mengambil bentuk menara jam setempat, atau menara gereja, berbentuk segi empat. bentuk menara di Suriah lalu dijadikan prototype menara-menara Masjid yang lainnya. Di mesir, menara masjid ‘amr diperkenalkan oleh gubernur Mu’awiyah, yang membangun menara di keempat sudut masjid ‘amr.  Di Irak, menara masjid Bashrah dilengkapi dengan Menara dari Batu.
Pembangunan Kubah watu juga merupakan peninggalan arsitektur pada khalifah Muawwiyah,  pengembangan dilakukan di seluruh kompleks bangunan suci yang terdiri atas kubah batu, makam-makam, Biara dan mata air umum. [5]
Pada 705, putra Abd Malik, Al_Walid mengambil alih tempat gereja Romawi di Damaskus yang dibangun untuk Santo Yahya, pada mulanya yaitu kuil Jupiter, dan membangunnya menjadi masjid besar yang diberi nama Umayyah[6].
Selain tempat-tempat Ibadah, Dinasti Umayyah hanya meninggalkan beberapa monumen arsitektur, bangunan-bangunan yang penting diantaranya yaitu istana-istana padang pasir yang didirikan oleh para putra mahkota keluarga khalifah.  Sampai ketika ini tidak ada peninggalan peninggalan arsitektur yang sanggup dipelajari termasuk  bangunan megah Qoshr al_Khadra, istana raja yang terletak berdampingan dengan masjid besar, juga tidak ada bekas sama sekali dari kediaman al_Hajjaj di Wasit yang namanya identik dengan istana Khalifah al_Qubbah al_Khadra.[7] baca juga ( islam dan pengembangan ilmu pengetahuan )
sekian dari berguru sejarah islam dengan judul, arsitektur pada zaman muawiyah. dan semoga bermanfaat.




[3] Shaykh Muhammad Khuḍari Bek, Muhāḍarat Tārīkh juz 2, (Mesir: Maktabah Tijariyyah, 1969),168.
[4] Phillip K Hitti, History of  the Arabs,327.
[5] Ibid, 330.
[6] Ibid,332.
[7] Ibid, 335.